Sabtu, 08 November 2008

mengajar lebih efektif

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh : Dr. Mintarsih Danumihardja M.Pd




Abstract.
Preparing instructional obyectives in teaching of desire learning outcomes from Higher Education. The first step in both teaching learning is communication between lecturer and students is that of determining the learning outcomes to expected from class room instruction. Broadly conseived, the main purpose of class room instruction is to change students behavior in desired direction.The term behavior is used to broad sense to include all changes in intellectual, emotion and physicall. When class room instruction is viewed in this light, quality instructional becomes important part of teaching learning process. Lecturer as communicator, demonstrator and facilitator can be provided direction to the teaching process and set the stage for ready evaluation of learning outcomes. What should student changes in habit thinking, feeling or what specific behavior changes are we striving for, and what are students like when we have succeeded will bring about those changes.

Key words : Lecturer, communication quality instruction and changes habits.

Pendahuluan
Belajar adalah kewajiban umat manusia yang pertama sesuai ayat ke 1 dalam surat al-Alaq yang berbunyi :
ﺇﻘﺮﺃ ﺑﺎﺴﻡ ﺮﺑﻚ ﺍﻟﺬﻯ ﺧﻟﻖ

“Bacalah“ Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan dengan kalam.
Pendidikan selain merupakan hak, juga merupakan kewajiban warganegara Indonesia. Pendidikan diwajibkan negara, karena diyakini bahwa hanya dengan pendidikan yang merata dan bermutu, dan hanya melalui pendidikan kita akan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa yang merdeka dan berdaulat ( undang-undang dasar 1945 ).
Secara kuantitatif pendidikan di Indonesia sudah cukup memadai tetapi secara kualitatif belum banyak yang menyelenggarakan atau mengelola lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, walaupun ada beberapa penyelenggara pendidikan yang sudah berkualitas tetapi jumlahnya masih sangat sedikit, itupun hanya bisa dikuti oleh orang yang punya uang saja, karena merekalah yang mampu membayar sekolah atau perguruan tinggi yang berkualitas. Oleh karena itu sampai saat ini ditinjau dari segi kualitatif pendidikan masih merupakan masalah yang belum bisa diselesaikan.
Pendidikan tak mungkin lengkap membentuk manusia Indonesia seutuhnya apabila tidak ada kerja sama yang baik antara pendidikan mikro/individual dan pendidikan makro/kelompok (Pendidikan mikro dan makro harus saling melengkapi).
Konsep pendidikan pancasila selain mencakup pelaksanaan pembelajaran di sekolah juga mencakup pendidikan luar sekolah, sebab pendidikan hanya akan berhasil bila tripusat pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah bersinergi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran dengan pembagian tugas yang proposional. Sistem pendidikan nasional kita perlu menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran dan memberi tempat kepada teknologi sistem instruksional. Sedangkan dalam peningkatan pendidikan, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dapat mengembangkan filsafafat pendidikan sebagai landasan proses pembelajaran agar pendidikan mampumenyiapkan warga negara yang baik yang dapat mendukung pembangunan di Indnesia.
Sistem instruksional menggunakan perspektif yang luas dalam menganalisis dan meningkatkan pendidikan dengan menerapkan konsep-konsep yang bersifat makro yang dipinjam dari ilmu ekonomi, sosiologi, dan teknologi perekayasaan (engineering).

Pokok-pokok Pengembangan Instruksional dalam Pendidikan di PT.
Konsep Sistem dan Sistem Instruksional :
a. Perlunya model pembelajaran ; Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia kita perlu meningkatkan relevansi pembelajaran dengan pertumbuhan kemampuan intelektual peserta didik sebagai bagian dari perkembangan kepribadian yang diinginkan, karena inilah yang menjadi dasar efektivitas dan efisiensi pendidikan. Semua orang tua dan seluruh masyarakat mengharapkan agar peserta didik dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa yang paling diharapkan ialah interaksi peserta didik sebagai individu dan kelompok dengan factor kurikulum. Selain dosen mengetahui bahwa faktor kurikulum, peserta didik banyak sekali berinteraksi dengan factor-faktor lain di lingkungan pendidikan seperti dosen dan sesama peserta didik terpengaruh pula oleh fasilitas dan perlengkapan yang ada, dimana semua ini menjembatani kegiatan peserta didik dengan pencapaian tujuan khusus pembelajaran.
b. Sistem dan Pendidikan ; Ilmu pendidikan yang mencakup ilmu mengajar antara lain telah berkembang sebagai teknologi. Teknologi system instruksional yaitu ketrampilan khusus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan prinsip keilmuan kedalam pembelajaran dalam artian dosen meratakan jalan bagi timbulnya hasil belajar siswa dengan jalan menciptakan lingkungan yang diperlukan (di dalam ataupun di luar kelas).
c. Teknologi ; Setiap teknologi mencakup penerapan hasil-hasil termasuk penerapan prinsip-prinsip sebagai ilmu. Teknologi juga menerapkan seni yang melampaui ilmu demi tercapainya hasil dan selesainya pekerjaan. Penerapan teknologi ke dalam pembelajaran berkombinasi dengan penerapan teori system sekaligus ke dalam pendidikan oleh dosen yang mengajar maupun siswa yang belajar. Apalagi sekarang sudah berkembang ICT ( Information, comunication and technolpgy) yang akan memberi sumbangan yang lebih baik pada proses pembelajaran selama individu yang terkait memanfaatkannya dengan baik.
Pada hakekatnya keberhasilan pendidikan merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentu saja berakibat kepada terjadinya percepatan komunikasi, dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, manusia telah terbiasa terhadap standar-standar tertentu dari para pengajar yang senantiasa menyampaikan informasi, ide, gagasan atau pesan-pesan yang berupa ilmu pengetahuan, dimana ianformasi itu tidak cukup ditranmisikan saja tetapi yang paling penting harus terjadi transformasi. Karena trasformasi inilah yang akan banyak mengubah terjadinya perubahan perilaku yang akan berdampak terhadap terjadinya perubahan kebiasaan.
Pada dasarnya dosen di perguruan tinggi mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi, oleh karena itu dosen dituntut mempunyai ketrampilan untuk melakukan presentasi secara baik, karena mengajar sangat erat kaitannya dengan presentasi tersebut. Mengajar pada dasarnya adalah menyampaikan ide-ide, gagasan, pendapat dan informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang dipegangnya, dengan harapan setiap pengajar memperoleh feed back atau umpan balik sebagai respon terhadap apa yang telah di informasikannya. Dosen harus mengetahui apakah setelah terjadi proses pembelajaran terjadi perubahan perilaku atau tidak karena yang terpenting setiap terjadi proses pembelajaran harus menuju keperubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan, semua bidang menuntut hal serba efisien dan efektif. Maka kita sebagai pengajar hendaknya berusaha sedemikian rupa dan selalu mawas diri, apa yang harus kita perbaiki, apa yang harus diupayakan dan bagaimana cara mengupayakannya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan kua;litas dan kuantitas output pendidikan di Indonesia, agar output yang dihasilkan segera berubah menadi outcomes yang mampu diserap oleh stake holder atau pelanggan pendidikan atau pengguna jasa. Di samping itu diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu menghasilkan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, manusia seutuh yang bisa diartikan sebagai individu yang punya keseimbangan antara physical quotatient, Intellegence quotatient, Spiritual quotatient,dan Emotional quotatient atau juga keseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor.
Prinsip belajar adalah menumbuhkan kemampuan untuk ; learning to know, (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan) , learning to live together (belajar untuk hidup bersama) dan learning to be (belajar menjadi diri sendiri), jadi dengan belajar setiap individu mampu belajar mengetahui, untuk kemudian berbuat, belajar bekerja sama untuk menjadi dirinya sendiri. Dalam era globalisasi dan abad informasi setiap individu harus mampu menggunakan dan tahu di mana memperoleh informasi, belajar membedakan informasi yang baik dengan yang jelek dan belajar mengelola dan mengaplikasikan informasi sebagai pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mengajar dan belajar, yaitu disatu sisi dosen mengembangkan nilai dan budi luhur mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secepatnya dan memperoleh kemudahan menyesuaikan diri dengan situasi kondisi dan tuntutan kerja, dipihak lain peserta didik berupaya menggali potensi yang tersedia pada diri masing-masing.
Dosen pada abad sekarang tidak lagi merupakan pusat informasi tetapi harus berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar, dengan demikian cara mengajar yang baik adalah bagaimana memfasilitasi penyampaian informasi secara efektif kepada setiap peserta didik. Berubah perannya seorang pengajar dari pusat informasi menjadi fasilitator dan motivator menjadi sangat berarti karena pengajar harus mendorong setiap pesaerta didik dan memfasilitasi pembelajar menjadi lebih bermakna.



Bagaimana agar P B M berhasil
Proses belajar mengajar dalam kelas pada hakekatnya adalah bagaimana kita berkomunikasi di kelas dalam rangka menyampaikan ide, gagasan atau informasi yang berkaitan dengan bidang studi atau materi setiap pengajar. Dalam penggunaan cara berkomunikasi ini harus dipertimbangkan beberapa aspek yang menjadi penentu untuk mencapai tujuan komunikasi, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1). Penggunaan sarana yang tepat, 2) Manfaat informasi yang disampaikan, 3) Tingkat kebutuhan, 4) Pemberi informasi.
Penggunaan sarana dan prasarana yang tepat merupakan ketrampilan yang harus dipelajari oleh seorang pengajar, sebab sarana baik secara langsung atau tidak langsung akan turut membantu meningkatkan output yang dihasilkan.
Dalam proses belajar mengajar cara menyampaikan informasi dalam berkomunikasi mengalami banyak perkembangan, yaitu tidak hanya mendistribusikan informasi yang terpusat pada pengajar, melainkan sudah berubah kearah bagaimana informasi itu diterima dan dapat diterapkan sehingga dosen sebagai pemberi informasi harus dapat menjembati informasi dengan pihak yang membutuhkannya dan berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung diusahakan tidak hanya bersifat verbal tetapi dapat dikembangkan melalui komunikasi non verbal, sehingga makna yang didapat peserta didik terasa lebih berkesan.
Tingkat kebutuhan , agar proses belajar mengajar sampai ketujuan secara efektif dan efisien, seorang pengajar dalam berkomunikasi harus memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam menyampaikan informasi hendaknya diperhatikan kebutuhan secara keseluruhan, agar informasi yang disampaikan dirasakan manfaatnya secara optimal.
Pemberi informasi ; pengajar sebagai pemberi informasi tentu saja harus menguasai tehnik berbicara karena gaya bicara dalam menyampaikan informasi tentu saja akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik.
Selain apa yang sudah disebutkan ada lagi beberapa hal yang harus menjadi focus perhatian para pengajar agar kegiatan belajar peserta didik lebih berhasil lagi yaitu :
1. Yang paling penting dan utama, ciptakan semangat kerja kelompok, kerja sama baik antara pengajar dan peserta didik ataupun kerja sama dengan unsur lainnya yang mendukung kegiatan belajar mengajar.
2. Setiap peserta didik tanpa ragu-ragu harus memberikan kontribusi dengan memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Setiap peserta didik bukan hanya saja harus memperhatikan apa yang dinformasikan oleh pengajar, tetapi yang utama ialah menganalisa bahan yang diterima selama proses belajar mengajar berlangsung (Terjadi Transformasi).
4. Kembangkan suasana yang sehat dan menyenangkan, sehingga setiap orang merasa nyaman dalam mengikuti atau ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.

Gaya Pengajar
Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, tidak terlepas dari prilaku dan gaya bicara seorang pengajar. Gaya bicara ini dapat dikaitkan dengan empat factor yang harus ada pada pengajar yaitu :
1. Pengetahuan ( knowledge ) ; Penguasaan materi sesuai dengan pengetahuan yang akan ditransfer kepada peserta didik tentu saja menjadi prasarat untuk tampil di depan kelas, sebab salah satu tugas pengajar adalah melakukan transfer of knowledge. Oleh karena itu guru dan dosen harus selalu memotivasi diri untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan itu sesusai dengan perkembangan jaman, seuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, karena kita pahami bersama bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis.
2. Ketulusan ( Sincerity ) ; pengajar baik guru atau dosen merupakan orang tua kedua bagi anak-anaknya oleh karena itu diperlukan ketulusan dalam membimbing setiap peserta didik, dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan prilaku pada setiap individu dengan semakin bertambahnya informasi yang didapat di sekolah. Ketulusan dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, karena secara tidak langsung pengajar akan bertanggungjawab terhadap materi yang disampaikan. Sehinga suasana PBM menjadi ajang pengembangan wawasan pengetahuan dan kemampuan, karena ketulusan sikap akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan menilai apakah pengajar juga mempercayai apa yang diucapkannya.
3. Antusias ( Enthusiasm ) ; Dalam menjalankan tugas dan perannya seorang guru atau dosen perlu melakukan tugas dengan penuh antusias, antusiasme ini akan mempengaruhi susana atau lingkungan kelas, apabila guru atau dosen masuk kelas dengan penuh antusias akan membawa dampak terhadap situasi kelas dan berpengaruh terhadap situasi belajar. Seorang pengajar yang antusias akan selalu kelihatan semangat dalam melaksanakan tugas, gebira dan selalu berfikiran positf dalam mengelola PBM, sebagai tugas dan tanggungjawab sekali gus merupakan pekerjaan yang disenanginya. Sikap antusiasme ini harus tetap dipertahan dan tidak berubah menjadi super ego.
4. Latihan ( Practice ) ; Latihan perlu dilakukan oleh guru, sebab latihan yang rutin dilaksanakan akan meningkatkan ketrampilan guru atau dosen mengajar, hal ini berhubungan dengan guru sebagai profesi bukan saja sekadar memberikan informai, tetapi baik guru atau dosen dituntut untuk trampil menyampaikan informas, untuk itulah setiap guru atau dosen perlu setiap saat melatih diri untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang KBM. Latihan ini penting dilakukan agar PBM selalu dapat ditingkatkan kualitasnya dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.Latihan ini bisa bersifat fisik maupun non fisik, dalam arti bahwa setiap pengajar harus mempunyai kondisi prima agar penampilannya disenangi oleh setiap peserta didik, sedangkan latihan non fisik yakni mengembangkan ketrampilan yang berkaitan dengan kegiatan belajar khusus yang berkaitan dengan pengetahuan yang yang akan ditransfer.
Perlu diingat bahwa pada kegiatan proses belajar mengajar ada tahap-tahap yang harus dilalui antara lain : 1. Pembukaan
2. Isi materi
3. Penutup
Ketiga tahapan yang harus dilalui mengandung arti setiap pengajar harus bisa membedakan gaya bicara yang harus ditampilkan pada setiap tahapan tesebut.
Untuk tahap pembuka suasana yang heterogin dari setiap peserta didik harus diarahkan pada suasana yang homogen, yaitu harus ada kesiapan untuk mengalihkan perhatian kepada kegiatan belajar mengajar. Kemudian memasuki tahapan pembahasan materi, pemberian informasi tentu saja dengan gaya yang lebih serius, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ilmiah agar informasi dicerna oleh mahasiswa secara baik dan benar. Terakhir kembali peserta didik diarahkan pada akhir kegiatan dan pembicara kembali sedikit santai dalam berkomunikasi, tetapi walau bagaimana pada penutupan PBM tentu saja yang terpenting adalah memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik. Karena hanya dengan memperoleh umpan balik, para pengajar akan mengetahui apakah tujuan instruksional sudah tercapai atau belum, melaui umpan balik pengajar mampu mengetahui kendala apa yang ada di balik kegiatan mengajar belajar apabila tujuan tidak tercapai.
Gaya Bicara Pada Saat PBM Berlangsung
Untuk mencapai tujuan belajar secara efisien dan efektif ada beberapa faktor atau gaya bicara yang harus diperhatikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain :
1. Bahasa yang jelas ( jangan bicara terlalu cepat ) karena ucapan yang dilakukan oleh setiap pengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar, bahasa yang teratur diharapkan akan membawa pengaruh positf terhadap output yang dihasilkan.
2. Tidak menggurui, gaya bicara yang menggurui cenderung tidak akan mendapat tanggapan atau umpan balik dari peserta didik.
3. Intonasi suara, gunakan intonasi suara pada waktu moment yang tepat
4. Ciptakan komunikasi multi arah. Usahakan agar pengajar dan peserta didik mempunyai kepentingan yang sama, sehingga akan berkesan pengajar memperhatikan kepentingan peserta didik (Proses Pembelajaran)
5. Bahasa tubuh, Sekali-kali gunakan gaya bicara dengan cara mengerakkan tubuh, karena hal ini akan menciptakan suasana KBM lebih hidup dan mengarahkan pembicaraan ke materi tanpa terjadi pembiasaan.
6. Keyakinan akan kemampuan, gaya bicara dengan penuh kemampuan yang dimiliki akan menunjukkan pembicara disenangi atau menjadi panutan peserta didik.
7. Pandangan, pandangan dosen sebagai pembicara utama pada saat kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan , pandanglah setiap peserta didik dengan penuh keyakinan dan hal ini akan membantu keberhasilan KBM.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Seorang Pengajar
Proses belajar yang efektif adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan KBM, seorang pengajar harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Berikan penjelasan yang singkat tetapi mudah dipahami, karena pada dasarnya daya tangkap seseorang tidak sama dan sangat terbatas. Penjelasan dengan mempergunakan kata-kata yang sederhana , sistimatis dan mudah diingat akan membantu peserta didik . Kita tentu semua sependapat daya ingat dan daya tangkap semua peserta didik berbeda, tetapi kita juga harus selalu ingat bahwa setiap peserta didik memerlukan pelayanan yang maksimal.
2. Penampilan seorang pengajar akan memberikan citra tersendiri, cara berpakaian, cara berprilaku didepan kelas akan sangat membantu suksesnya kegiatan belajar mengajar.
3. Suara seorang pengajar di dalam kelas akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebaiknya pengajar harus berbicara cukup keras agar didengar oleh seluruh peserta didik, dan hal ini menandakan bahwa pengajar cukup menguasai masalah yang sedang dibahas.
4. Pada awal pembicaraan seorang pengajar hendaknya memulai pembicaraan dalam tempo yang lambat dan terang serta mempergunakan susunan kata yang mudah dimengerti.
5. Istirahat sejenak agar peserta didik menyerap dan mencamkan apa saja yang baru diucapkan, karena kita yakin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada hal-hal yang sangat penting yang perlu di pahami oleh peserta didik.
6. Seorang pengajar sebaiknya tidak berbicara secara monoton dan datar, agar peserta didik tidak bosan. Seorang pengajar harus memahami tinggi rendahnya suara dalam arti dia harus bisa mengendalikan tinggi rendahnya nada yang digunakan, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.

Unsur-unsur Pembelajaran
Untuk menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas dan mempunyai wawasan yang luas pembelajaran di Perguruan Tinggi dalam millenium ke-3 sudah seharusnya mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar antara lain :
1. Membangun Kepercayaan (Confidence), kepercayaan ini perlu dibangun oleh dosen dalam melakukan “Transfer of Knowledge” kepada mahasiswa, tetapi sebaiknya mahasiswa membangun image dengan cara mensinergikan 3 unsur dalam belajar yaitu fisik, intelektual dan emosional, sehingga proses pembelajaran akan memberi dampak kepada setiap individu ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah belajar. Dalam artian sesudah mengetahui teori/ konsep setiap individu akan bekerja melalu proses sesuai konsep sehingga dalam melakukan sesuatu tidak trial and error
2. Keingintahuan (Curioucity), bahwa setiap individu masuk yang ke dalam lingkup pendidikan formal menyadari masih banyak yang tidak diketahui, oleh karena itu setiap individu sadar diri dalam proses pembelajaran kegiatannya difokuskan untuk memenuhi rasa keingintahuan terhadap materi sesuai dengan bidang studi yang digelutinya.
3. Sadar Tujuan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran hendaknya sadar akan tujuan pendidikan, yaitu bagaimana berupaya untuk “mendewasakan diri” yang sanggup menjadi “Problem Solver”. Dan berupaya untuk menjadi manusia yang seutuhnya sesuai apa yang diamanatkan oleh UUD 1945.
4. Kendali Diri (Self Control). Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi diarahkan pada kegiatan membangun kendali diri artinya proses belajar disadari dalam upaya mengejar peningkatan kualitas diri. Oleh karena itu belajar tidak harus selalu dikendalikan oleh dosen, tetapi ada motivasi intrinsik datang dari diri setiap individu peserta didik untuk menerapkan belajar sepanjang hayat. Disadari bahwa izajah bukan tujuan akhir, karena ini hanya merupakan alat yang menjadi bukti telah berproses dalam pembelajaran, yang utama adalah bagai mana memiliki ilmu yang akan menjadi miliknya sepanjang hayat agar dapat menjadi investasi jangka panjang.
5. Kemampuan bekerja sama (work together) sebagaimana asas pembelajaran yang dikembangkan oleh Unesco yaitu “Learning to Live Together” kesadaran yang akan mendorong pada pentingnya kebersamaan, bahwa individu akan mencapai kemajuan karena kerja sama yang dibangun. Proses pembelajaran akan menjadi semakin indah kalau setiap peserta didik “sharing” dan ini akan terjadi pengayaan pengetahuan baik bagi pengajar maupun peserta didik, dalam pembelajaran dikembangkan bahwa setiap orang mampu memberi sumbangan informasi yang bermakna bagi setiap yang terlibat dalam pembelajaran.
6. Kemampuan Bergaul Harmonis (Relatedness). Suatu hal yang perlu dibangun dalam proses pembelajaran, setiap individu menempatkan diri sesuai posisi, sehingga akan terbangun suasana yang nyaman dalam proses pembelajaran..
Dengan dikembangkan 6 unsur dalam pembelajaran diharapkan output yang dihasilkan oleh lembaga Perguruan Tinggi akan menjadi sarjana yang sujana, sesuai dengan harapan masyarakat, dan sesuai dengan perkembangan masyarakat yang menuntut layanan prima dari dunia pendidikan, salah satunya wujud nyata adalah output yang berkualitas,

Kebiasaan
Kalau bukunya Covey merupakan “ The best seller” karena menginformasikan ada 8 kebiasaan yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya, alangkah baiknya kalau 8 kebiasaan ini diangkat dan dikembangkan dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi. Karena saya yakin kedelapan kebiassan ini akan menjadikan output Perguruan Tinngi akan semakin mandiri. Adapun 8 kebiasaan yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey adalah sebagai berikut :

Kebiasaan Pertama, Proaktif.
Proaktif bukan sekedar berinisiatif. Proaktif berarti suatu keyakinan bahwa apa pun yang kita peroleh dalam hidup merupakan akibat pilihan respons kita sendiri. Kebiasaan pertama merupakan kesadaran bahwa antara stimulus dan respons terdapat "freedom to choose". Allah berfirman dalam Surat Ar-Rad 13:11

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri".
Kebanyakan orang berpikir bahwa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang benar adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. Selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap situasi yang bagaimanapun negatifnya. Kemampuan untuk memilih respons seperti yang dikemukakan di atas, merupakan fungsi dari kemampuan kita memanfaatkan karunia Allah berupa Furqon (berupa Al Qur'an yang membedakan antara respons yang haq dan yang batil), "independent will" (kehendak merdeka), "self awareness" (kesadaran diri), conscience (kata hati) dan "imagination" (imajinasi). Dengan kata lain, kebiasaan proaktif menyatakan bahwa kitalah pemrogram kehidupan kita sendiri.

Kebiasaan Kedua, Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran.
Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting ketika Rasulullah Saw menyatakan "setiap perbuatan tergantung niatnya". Kebiasaan mulai dengan akhir dalam pikiran mengajarkan agar kita menuliskan programnya.

Kebiasaan Ketiga. Dahulukan Yang Harus Didahulukan.
Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan komitmen. Kebiasaan ketiga merupakan perwujudan dari kemerdekaan memilih hanya melakukan hal-hal penting yang telah ditentukan pada kebiasaan kedua. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Mu'minun 23:1-3

"Sungguh berhasil orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang sia-sia",
dan dalam surat Al-'Ashr 103:1-3

"Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran".
Juga dalam Surat Al Insyirah 94:7-8

"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.

Kebiasaan Keempat, Berpikir Menang-Menang.
Berpikir menang-menang berasal dari karakter yang dicirikan dengan kejujuran (menyesuaikan kata dengan perbuatan), integritas (menyesuaikan perbuatan dengan kata), kematangan (keseimbangan antara ketegasan dan toleransi), dan mentalitas kelimpahan (keyakinan bahwa karunia Allah tersedia tanpa batas bagi siapapun yang mengikuti sunnatullah atau "causality law").

Kebiasan Kelima, Berusaha Mengerti Lebih Dulu - Baru (minta) Dimengerti.
Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa "the secret of living is giving" (rahasia kehidupan adalah memberi). Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Dosen dalam proses pembelajaran tidak memikirkan apa yang akan dia peroleh setelah memberi pelajaran, tetapi justru selalu berfikir apa yang yang harus diajarkan akan menghasilkan seuatu yang bermakna bagi kehidupan mahasiswa.
Dosen yang berhasil mengetahui rahasia hidup tersebut,terus meyemai ilmu yang dia ketahui kepada setiap orang yang belajar.. Dengan terus memberi, doisen mendapat balasan yang berlipat ganda, dari satu dosen berkembang menjadi puluhan bahkan ratusan peserta didik memperoleh pengetahuan yang sama bahkan bias melebihi dan ini merupakan satu keberhasilan bagi seorang pengajar.. Allah berfirman dalam Surat Al Zalzalah 99:7-8

"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya dan barangsiapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, dia akan melihat balasannya"
dan dalam Surat Ar-Rahman 55:60-61

"Tiadalah balasan kebaikan, melainkan kebaikan pula, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan".
Juga dalam Surat Al Baqarah 2:261

"Perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai itu berisi seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui".
Apabila ayat ini dimaknai oleh semua dosen saya yakin semakin lama Indonesia semakin banyak memliki SDM yang berkualitas melalui proses pendidikan

Kebiasaan Keenam, Wujudkan Sinergi.
Bersinergi berarti keseluruhan lebih bernilai daripada jumlah bagian-bagiannya. Mengenai pentingnya bersinergi, Khalifah Umar bin Khattab pernah berujar bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas yaitu proaktif, mulai dengan akhir dalam pikiran, dahulukan yang utama, berpikir menang-menang dan berusaha mengerti lebih dulu baru dimengerti. Allah Swt mengingatkan agar kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan dalam berbuat dosa dan permusuhan (Al Maidah 5:2).

"Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya"

Kebiasaan Ketujuh, Mengasah Gergaji.
Rasulullah mengajarkan agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial/ emo- sional, dan spiritual kita ketika beliau bersabda: "Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu tersisa untuk mencari- cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esoknya lebih baik dari hari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit.".
Dalam proses pembelajaran hal ini perlu dibiasakan mengasah gergaji, berkenaan dengan upaya untuk selalu memperbaiki diri secara terus menerus pada empat nbidang dasar kehidupan : yaitu fisik, social / emosional, mental dan spiritual, dalam rangka meningkatkan kapasitas kita untuk menuju efektivitas.

Kebiasaan Kedelapan adalah Menyuarakan Suara Hati
Menemukan suara panggilan jiwa anda dan mengilhami orang lain, untuk menemukan kemerdekaan. Dalam proses pembelajaran, dosen berupaya untuk memuaskan peserta didik agar pada saatnya keluar menjadi pemenang, dalam arti kata sesudah menjadi output /lulusan mereka akan memiliki ilmu pengetahuan, dan mereka mampu bersaing untuk menjalani kehidupan yang lebih baik disbanding sebelum mereka memperoleh pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi harus mampu mengubah pekerja manual menjadi pekerja pengetahua. Output yang dihasilkan adalah orang yang mandiri dan punya kemandirian yang kokoh, sesuai dengan tujuan akhir pendidikan adalah menjadikan manusia yang utuh, baik dalam kompetensi maupun nurani. Surat Al Baqarah 2:143 berbunyi :
ﻮﻜﺫﻟﻚ ﺠﻌﻟﻨﻜﻡﺍﻤﺔ ﻮﺴﻄﺎﻟﺌﻜﻮﻨﻮﺍ ﺷﻬﺪﺁﺀﻋﻟﻰﺍﻟﻨﺎﺲ ﻮﻴﻛﻮﻦﺍﻟﺮﺴﻮﻝ ﻋﻟﻴﻜﻡ ﺸﻬﻴﺪ ( ١٤٣)
« Dan demikian ( pula ) Kami telah menjadikan kamu ( umat Islam ), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan agar Rasul ( Muhammad ) menjadi saksi atas ( perbuatan ) kamu ».

Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, setiap pengajar tidak boleh berpangku tangan, tetapi senantiasa harus berupaya untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan wawasan agar dapat mengikuti perubahan dan kebutuhan atau dengan kata lain para pengajar harus belajar sepanjang hayat, karena tidak mungkin seseorang bisa mengajar tanpa belajar, terlebih-lebih dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat tehadap lembaga pendidikan. Secara teori semakin tinggi tuntutan masyarakat, maka semakin besar pula tuntutan skill di bidang pembelajaran, khusus tugas seorang pengajar yang harus meningkatkan kemampuan peserta didiknya.
Kita tentunya sepakat apabila kualitas dan kuantitas pembelajaran pada suatu saat ingin sejajar dengan Negara yang sudah maju, maka satu hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa pengajar mulai di tingkat peguruan tinggi harus senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan dalam mengelola pembelajaran, terutama dengan sudah disahkannya undang-undang guru dan dosen maka para pengajar dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan peningkatan diri sangat penting dalam rangka menumbuh kembangkan profesionalisme, dan dengan sikap profesionalisme diharapkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan efektif dan efisien. Pembelajaean di Perguruan tinggi harus dikelola lebih profesional dalam rangka memuaskan pelanggan pendidikan..


Daftar Pustaka
Abin Syamsudin Makmun, ( 1996), Pengembangan Profesi dan Kinerja tenaga Kependidikan, PPS IKIP, Bandung.

--------------------------------------, (1996), Analisi Posisi Pembangunan Pendidikan , Depdikbud, Jakarta.

Ahmad Sanusi dan Rochman Natawijaya, ( 1991), Studi Pengembangan Model Pendidikan, IKIP Bandung.

Casteter B William (1996), The Human Reseach For Education Administration, A Simon & Schuter Company, New Jersey.

Cece Wijaya dan Tabrani Rus Yan (1994), Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Covey.Stephen R, 2005, THE 8 th HABIT, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta,.

Djauzak Ahmad (1994), Pedoman Pembinaan profesional Guru Sekolah Dasar, Dispendas, Depdikbud RI. Jakarta.

Hans Zen Z.A. Ph.D, http// www.. geocities.com/jip Sumbar.

Mintarsih Danumihardja, (1998), Pembinaan Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan Yang Dilakukan Oleh Guru Pamong, Thesis.

-------------------------------- (1995), Penguasaan Kompetensi Guru Komponen Materi pengajaran Dalam PBM, Peneletian FKIP Unswagati, Cirebon.

Rae Leslie, ( 1990) , Mengukur Efektivitas Pelatihan, Pustaka Burainas, Persindo, Jakarta.

1 komentar:

naiaxiang mengatakan...

The first time in gaming has a casino you trust? - Dr.MCD
No, the first time a casino 여주 출장안마 you trust is for no reason not 익산 출장샵 to play. If you're new to gambling, 서귀포 출장안마 a casino is for you. The 서산 출장샵 fact 성남 출장샵 that you know