Minggu, 16 November 2008
pendidikan sebagai
SUMBER DAYA MANUSIA
Oleh : Mintarsih Danumihardja
Abstrak
Pengembangan sumber daya manusia, adalah merupakan faktor yang sangat esensial bagi suatu bangsa, terutama bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun dalam berbagai bidang. Pengembangan sumber daya manusia yang potensial untuk mengubah sumber daya manusia yang potensial agar menjadi manusia pembangunan yang tangguh. Pengembangan sumber daya manusia hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan, karena pendidikan manusia akan mampu memiliki pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan kecakapan.
Kata kunci : Pendidikan dan Pengembangan SDM.
A. Pendahuluan.
Proses dan keberhasilan pembangunan di Indonesia akan ditentukan oleh sikap dan kemampuan manusia-manusia yang berperan dalam proses pembangunan tersebut. Oleh karena itu manusia yang berkualitas merupakan syarat mutlak dalam proses pembangunan, sehingga dari hasil pembangunan itu akan menghasilkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia itu sendiri. Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dituntut usaha-usaha pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, sebab proses pengembangan sumber daya manusia merupakan kunci kearah modernisasi seperti ungkapan sebagai berikut “.......the process of human resource development unlock the door to modernization “ (Habirson dan Myers 1964)
Pendidikan merupakan langkah yang paling strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan melalui pendidikan akan diperoleh peluang untuk memperoleh ilmu pengetahuan, teknologi, kecakapan dan ketrampilan serta keahlian profesional yang sangat diperlukan dalam membangun bangsa. Pendidikan menambah kemampuan, baik yang secara langsung dan tidak langsung menyangkut pekerjaan maupun yang menyangkut cara dan teknik menyelesaikan suatu tugas pekerjaan secara tepat guna. Dengan demikian pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai investasi jangka panjang yang imbalannya baru dapat dinikmati beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan kemampuan dan ketrampilankerja. Peningkatan pendidikan mengarah pada peningkatan produktivitas kerja. Sedangkan peningkatan produktivitas ini akan tercermin di dalam imbalan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Oleh karena itu hubungan antara pendidikan dan produktivitas kerja juga tercermin dalam tingkat penghasilan.
Yang lebih penting adalah bahwa pendidikan akan mengubah sikap mental manusia dari yang tradisional ke arah modernisasi, sehingga dapat mempengaruhi semua kondisi tata kehidupan manusia dalam berbagai bidang : sosial, ekonomi dan politik, sehingga pendidikan dianggap sebagai kunci dari modernisasi. Seperti dikemukakan oleh Harbison dan Myers (1964:181), “Certainly education is the key that unlocks the door to modernization”.
Dari uraian tersebut di atas fungsi atau tugas pendidikan, menurut Oteng Sutisna (1987:66), dapat dikatagorikan yang berikut : (1) pendidikan untuk pengembangan pribadi dan perubahan sosial, (2) pendidikan untuk pertumbuhan ekonomi dan (3) pendidikan untuk pembangunan politik.
B. Pendidikan untuk Pengembangan Pribadi dan Sosial
Pembangunan adalah suatu perubahan yang fundamental dalam mental dan karakter manusia dan cara memelihara kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Jadi yang pokok dalam hal ini adalah bahwa pendidikan harus mampu mendorong modernisasi masyarakat, dan di lain pihak kebiasaan sosial yang ada harus merupakan modal kekuatan untuk mendorong ke arah modernisasi. Tetapi perlu diingat bahwa pendidikan bukanlah suatu ramuan ajaib yang dapat mengubah masyarakat dalam tempo yang singkat. Perubahan masyarakat adalah proses yang sangat rumit, seperti yang nampak apabila kita meninjau hubungan antara pendidikan dan pembangunan.
C. Pendidikan untuk Pertumbuhan Ekonomi
Sejak dimulainya program Pembangunan Nasional sampai sekarang (dari PELITA I – PELITA IV) orientasi utama program pembangunan adalah pada sektor ekonomi. Hal ini karena dirasakan bahwa tingkat keadaan ekonomi negara dan bangsa kita masih jauh dari kebutuhan. Sedangkan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang terutama karena tingkat pertumbuhan penduduk yang terus melaju dengan pesat.
Apabila kita hubungkan dengan pendapat Harbison dan Myers bahwa keberhasilan pembangunan dan modernisasi akan dapat dicapai apabila dilaksanakan oleh manusia-manusia yang memiliki jiwa membangun atau modern, sedangkan kunci modernisasi adalah pendidikan, maka semestinya faktor pengembangan sumberdaya manusia yang berarti modernisasi pendidikan harus mendapat prioritas utama, di samping faktor ekonomi. Dengan demikian kemajuan pada sektor ekonomi akan sulit dicapai apabila tidak didukung oleh tingkat kemajuan pendidikan.
Namun tidak selamanya pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang relevan dengan tuntutan pembangunan ekonomi, apabila sistem pendidikan itu sendiri tidak berorientasi kepada tuntutan tersebut. Umpamanya orientasi pendidikan hanya diarahkan kepada pengembangan segi intelektual saja. Oleh karena itu agar pendidikan berfungsi ke arah pertumbuhan ekonomi di samping mengembangkan segi intelektual dan kecakapan, menurut Oteng Sutisna (1977:70-71) mengemukakan sebagai berikut :
Pertama, pendidikan nasional harus memelihara jiwa inovatif pada murid-murid-hasrat untuk mencoba, untuk bereksperimen, untuk mencipta.
.................................................................................................................................
Kedua, sekolah-sekolah dan masyarakat harus bekerjasama dalam mengembangkan jiwa kewiraswastaan yang baru.
.................................................................................................................................
Ketiga, suatu sikap baik terhadap pekerjaan produktif, terhadap menjalankan pekerjaan teknis dan terhadap memperoleh tangan kotor dalam proses penciptaan atau penemuan atau pembuatan perlu diperbaharui.
.................................................................................................................................
Akhirnya diperlukan serangkaian sikap baru yang fungsional terhadap efisiensi bekerja serta disiplin jabatan dan terhadap pengangkatan dan promosi.
Dari pendapat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah berupaya mengembangkan sikap, ketrampilan dan keahlian yang dapat menunjang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini berarti semangat berkarya, berproduksi, berwiraswasta dan inovasi, dan sikap menghargai pekerjaan harus ditanamkan kepada murid-murid.
D. Pendidikan untuk Mengembangkan Politik.
Pengembangan politik adalah pembinaan bangsa ataupun sebaliknya pembinaan bangsa merupakan bagian dari pembangunan politik, agaknya jelas bahwa masalah integrasi nasional masalah pembinaan kewarganegaraan dan pembinaan keseluruhan sistem kelembagaan merupakan bagian dari proses pembinaan bangsa. Menurut Esman terjemahan Bintaro dan Mustopadidjaja (1986:25) di dalam hubungan pembinaan sistem kelembagaan ini terdapat tiga elemen penting yang perlu diperhatikan, ialah :
(1) adanya elite penguasa yang mendorong dan mengarahkan perubahan (“modernisasi”), (2) adanya doktrin yang mendasari norma-norma, prioritas, peralatan, dan strategi elite penguasa tersebut, dan (3) adanya seperangkat peralatan yang menjamin komuniaksi dua arah dan yang mampu menterjemahkan komitmen-komitmen politik ke dalam suatu program operasional.
Ditinjau dari pendapat diatas, maka pendidikan merupakan alat yang penting, tidak saja dalam melatih dan menjaring para pemimpin aparat pemerintah dan politik, tetapi juga mempersiapkan calon-calon politik. Guru dapat berfungsi sebagai penyumbang utama komunikasi itu. Ide-ide tentang nasionalisme bisa dikembangkan dari para pemimpin politik kepada masyarakat melalui guru. Fungsi guru yang utama adalah mempersiapkan kaum muda dan anak-anak untuk memahami dan mengerti masalah politik nasional serta mempersiapkan pemeran-pemeran tertentu dalam sistem politik. Guru merupakan mata rantai antara yang memerintah dan yang diperintah. Jadi guru termasuk orang-orang yang sangat diperlukan bagi pembangunan politik dan nation building.
Berdasarkan uraian di atas, maka nampak jelas peranan pendidikan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pengembangan sumberdaya manusia, yang merupakan unsur yang dominan di dalam pembangunan nasional. Mengingat pentingnya fungsi pendidikan di dalam pengembangan sumberdaya manusia, dan agar supaya upaya pendidikan itu dapat menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang sesuai dengan tuntutan pembangungan, maka ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian antara lain adalah :
1. Pendidikan hendaknya didasarkan atas prinsip Pancasila. Seperti telah disinggung dalam pembahasan di atas mengenai profil “manusia Pancasila” antara lain : dedikasi yang tinggi terhadap masa depan Indonesia; mengembangkan identitas, kesadaran dan kesatuan bangsa; sehat fisik maupun jiwa; menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan; kreatif dan bertanggung jawab; taat pada agama; bersikap demokratis dan toleransi; mencintai sesama manusia; dapat mewariskan semangat dan nilai-nilai 1945; menghormati tradisi dan sejarah nenek moyang.
2. Perlunya penyesuaian sistem pendidikan agar relevan dengan pembangunan. Maksudnya adalah bahwa pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang mampu membangun ekonomi, produktivitas serta tenaga kerja yang cukup trampil. Akan tetapi tujuan pembangunan pendidikan tidak hanya untuk mencetak tenaga kerja yang terlatih untuk pembangunan tapi juga untuk menciptakan efek transformasi ke arah masyarakat yang lebih rasional dan demokratis dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kepribadian Indonesia.
3. Persamaan kesempatan dalam pendidikan. Hal ini juga menyangkut memperbanyak sekolah pada semua tingkatan.
4. Meningkatkan mutu pendidikan. Inin tidak hanya terbatas pada peningkatan standar yang sudah ada tetapi meliputi juga pemberian yang baru: mengajar berpikir kritis, pemahaman konsep-konsep, pemecahan masalah, ketrampilan praktis, kemampuan kreatif, serta perhatian terhadap relevansi kurikulum. Di sekolah lanjutan diberikan tekanan terhadap pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dan teknik agar relevan dengan kebutuhan-kebutuhan pembangungan, serta perlunya dikembangkan semangat dan kecakapan kewiraswastaan.
5. Pendidikan umum hendaknya relevan dengan lingkungan murid dan juga dengan tingkat perkembangan kepribadiannya. Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan keadaan lokal dan regional tanpa perlu jauh menyimpang dari konsep kesatuan nasional dan standar mutu yang telah digariskan.
6. Peningkatan jumlah dan kualitas guru. Hal ini merupakan yang cukup penting karena pada akhirnya kualitas manusia-manusia dari produk pendidikan akan ditentukan oleh guru. Keputusan-keputusan mengenai tujuan yang lebih operasional, manajemen sekolah (kelas, penjabaran dan penentuan kurikulum, penggunaan metodologi mengajar ada pada fihak guru.
Itulah antara lain masalah-masalah pokok pendidikan yang kiranya perlu mendapat perhatian serius, agar pendidikan mampu mengembangkan sumebr daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional.
E. Kesimpulan
Dengan berlandaskan kepada pembahasan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini penulis akan mencoba membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengembangan sumber daya manusia, adalah merupakan faktor yang sangat esensial bagi negara Indonesia yang sedang membangun dalam berbagai bidang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan pembuka jalan untuk modenisasi. Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk mengubah sumberdaya manusia yang potensial agar menjadi manusia-manusia pembangunan yang tangguh, berbudi luhur, cakap, terampil, percaya diri sendiri, sehat jasmani maupun rohani dan bersemangat untuk membangun.
2. Pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam mengembangkan sumberdaya manusia. Dengan pendidikan manusia akan mampu memiliki ilmu pengatahuan dan teknologi, kecakapan atau ketrampilian, serta keahlian profesional. Melalui pendidikan manusia bisa sampai kepada kesadaran pemilikian, bahkan penguasaan sesuatu kemampuan ekstra, sehingga makin meningkat pula kemampuannya utnuk berketahanan menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupannya. Selain dari pada itu yang lebih penting dengan melalui pendidikan adalah dapat membangun diri pribadi sebagai penanggung eksistensi, pengukuhan diri pribadi sebagai kesejatian berhubungan dengan pembentukan identitas diri yang mantap.
3. Agar pendidikan dapat mengembangkan sumberdaya manusia sesuai dengan tuntuta pembangunan, maka tujuan pendidikan hendaknya sesuai dengan tujuan pembangunan nasional; isi kurikulum hendaknya mampu membekali manusia-manusia yang berkepribadian tinggi, sikap mental membangun, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, kecakapan dan keahlian yang relevan dengan tuntutan pembangunan; manajemen belajar yang efektif sehingga dapat meningkatkan belajar siswa dan hal ini akan menyangkut masalah kemampuan guru.
KEPUSTAKAAN
Fuad Hasan, Peranan Sumberdaya Manusia serta Perkembangan Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan di Indonesia, Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional ke IV, Jakarta, 1986
Fakry Gaffar Mohammad, Fungsi Perencanaan dan Menciptakan Keterpaduan Upaya untuk Mengembangkan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia, Seminar Nasional Pembangunan Pendidikan, IKIP Bandung, 1986
Harbison, F., dan Myers, A. Charles, Education, Manpower, and Economic Growth, Strategies of Human Resource Development, McGraw-Hill Book Company, New York, Toronto, London, 1964
Sutisna, Oteng, Pendidikan dan Pembangunan Tantantann Bagi Pembaruan Pendidikan. Penerbit Ganaco NV, Bandung
Soedjatmoko, Ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Masalah Pembangunan, Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional ke IV, Jakarta, 1986
Tjokroamidjojo, Bintaro dan Mustopadijaya, Teori & Strategi Pembangunan Nasional, Gunung Agung, Jakarta, 1986
Skiener, Myron, (Ed.), Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, Gadjahmada University Press, Yogyakarta, 1984
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Dr. Mintarsih Danumihardja . MPD
Pekerjaan : Dosen Kopertis DPK FKIP Unswagati Cirebon
Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Alamat Kantor : Jl. Perjuangan No. 1 Cirebon Tlp. (0231) 487249
Alamat Rumah : Jl. Siliwangi No. 80 Cirebon Tlp. (0231) 208492
Jl. Cijawura Girang V No. 22 Bandung (022) 7564464
HP : 0818423028
pembelajaran kontekstual
DI PERGURUAN TINGGI
Abstract
Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang efektif. Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual mahasiswa dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar mahasiswa. Pembelajaran kontekstual juga dapat membantu dosen untuk memadukan atau mengaitkan mata kuliah dengan kehidupan nyata, sehingga dapat memberi motivasi pada mahasiswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka.
Kata Kunci : Pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang fleksibel, kemampuan berfikir kreatif.
A. Pendahuluan
Kita telah berada dalam kehidupan abad informasi yang memerlukan berfikir dan bertindak cepat dalam memecahkan masalah, namun disisi lain kita dihadang oleh kualitas pendidikan yang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan negara tetangga, mengapa saya katakan negara tetangga karena terlalu riskan apabila membandingkan dengan negara negara maju seperti Jepang, Jerman Amerika, bahkan dengan negara Singapura atau Korea.
Kualitas atau rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari berbagai indikator yang dikemukakan berdasarkan hasil peneletian antara lain Priatmoko (2003) menjelaskan rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat pada prestasi siswa. Dalam skala internasional, menurut laporan Bank Dunia bahwa kemampuan membaca anak anak Indonesia hanya mampu menguasai 30 % dari materi bacaan ini jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan anak anak SD di Honggkong yang mencapai 75, 5 % dan anak anak SD di Singapura yang mencapai penguasaan 74,0%.
Selain itu hasil peneletian The Third International Mathematic and Sience Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999, menginformasikan bahwa prestasi siswa SMP kelas 2 di Indonesia hanya berada pada urutan ke 32 dari 34 negara Asia yang diteliti. Sementara dalam dunia pendidikan Tinggi juga prestasi yang diraih mahasiswa Indonesia tidak jauh berbeda menurut Asia Week dari 77 Unversitas yang diteliti di Asia Pasifik 4 Universitas terbaik di Indonesia hanya menduduki urutan sebagai berikut ke -62, ke 68, ke 73 dan ke 75 (Depdiknas 2001).
Lebih jauh lagi peneletian yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2000 memberi informasi tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapai pendidikan, kesehatan dan penghasilan perkepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 pada tahun 1996, ke 99 pada tahun 1997, ke 105 pada tahun 1998, ke 109 pada tahun 1999 dan urutan ke 112 pada tahun 2000, survey ini dilakukan oleh Survey Political and Econmic Risck Consultant (PERC), survey ini juga menginformasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati urutan ke 12 dari 12 negara Asia yang diteliti.
B. Pendidikan sebagai Investasi
Pendidikan mempunya fungsi dalam mengembangkan kualitas manusia sebagai individu, sumber daya manusia, dan sebagai anggota masyarakat. Selain itu pendidikan juga mempunya konotasi sebagai barang konsumsi dan sekaligus barang investasi. Baik sebagai barang konsumsi maupun investasi pendidikan dipengerahi oleh dua faktor lingkungan strategis, baik lingkungan global seperti dinamika pendidikan, tingkat kualitas SDM yang di tuntut untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kemajuan arus teknologi, informasi maupun pengaruh lingkungan lingkungan nasional, menyangkut kondisi dan kemampuan variabel-variabel pembangunan seperti demografi, ekonomi, sosial politik, yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja pendidikan.
Pendidikan adalah upaya yang mendasar dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan dan penegakan sistem pranata sosial, ekonomi dan politik yang dapat mengembangkan martabat dan wibawa. Hal ini menjadi amat penting untuk di bahas apalagi pada saat ini Indonesia sedang dalam keadaan terpuruk akibat krisis ekonomi. Pendidikan adalah sebuah unsur dari berbagai faktor yang memberikan sumbangan kepada masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan nasional suatu bangsa.
Pembangunan pendidikan selama orde baru telah memiliki andil yang besar terhadap proses pencerdasan kehidupan bangsa, namun harus diakui telah menimbulkan berbagai masalah yang cukup mendasar, karena pada tahapan tertentu memang tak dapat disangkal pendidikan bisa berubah menjadi ketegangan sosial, karena pendidikan ini bisa menciptakan aspirasi baru dan memperluas wawasan untuk setiap individu, kelompok masyarakat maupun negara. Tetapi yang paling penting harus disadari bahwa pendidikan merupakan kekuatan yang paling baik dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan sebagai Investasi dapat dilihat kaitannya dengna kepentingan ekonomi, pendidikan ini harus didefinisikan dalam pengertian yang tidak keliru, bagaimana dan di mana investasi dalam pendidikan tersebut akan memberikan sumbangan yang berarti dalam kenaikan tingkat kehidupan, kualitas sumber daya manusia dan pendapatan nasional :
1. Pendidikan hendaknya didasarkan pada permintaan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pendidikan sebagai investasi harus berorientasi terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja yang terus berubah, bahkan cenderung amat pesat, dan yang lebih penting lagi berorientasi terhadap tujuan pengembangan sektor ekonomi informal dan kewiraswastaan.
3. Dalam hal akuntabilitas berkenaan dengan membangun, memelihara kualitas sistem dan institusi pendidikan, ukuran utama keunggulan dari suatu keluaran sistem pendidikan perlu di cari solusinya, karena hal ini menjadi taruhan dalam menghasilkan sumber daya manusia, dimana kita tidak sekedar berorientasi internal tapi juga eksternal, hal ini perlu dilakukan dalam rangka pemikiran bahwa setiap institusi pendidikan harus sudah mampu memuaskan pelanggan pendidikan berdasarkan kualitas output yang dihasilkan, yang lebih penting lagi bukan saja berhenti pada pemikitan kualitas output, tetapi ada yang lebih penting setiap output perguruan tinggi mampu berubah menjadi outcome atau Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
4. Pengelolaan anggaran pendidikan harus tetap diorientasikan kepada prinsip efisiensi dan ketergunaan, dalam rangka meningkatkan kualitas output pendidikan. Perlu dipikirkan bahwa dana yang dipercayakan ke dalam lembaga pendidikan perlu dipertanggungjawabkan secara kualitatif dan kuantitatif. Artinya secara kualitatif output yang bagaimana yang harus dihasilkan dan secara kuantitatif setiap rupiah bisa dipertanggung jawabkan penggunaanya secara transparan.
Di dalam Mimbar Pendidikan Komarudin Sastradipoera mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar mampu menjamin masyarakat yang terbuka (yaitu, masyarakat yang senantiasa bersedia untuk mempertimbangakan gagasan-gagasan dan harapan-harapan baru dan menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan harga dirinya).
2. Sistem pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagi pembangunan dan hasil-hasil riset (jaminan “melekat” untuk pertumbuhan masyarakat modern yang bersinambung). Investasi pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan secara konstan menambah “persediaan pengetahuan”, dan memungkinkan riset dan penemuan metode dan teknik baru yang berkelanjutan.
3. Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita dapatkan segala faktor yang dibutuhkan masyarakat kecuali tenaga kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor pendidikan akan menaikkan pendapatan perkapita dalam sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan.
Sistem pendidikan menciptakan dan mempertahankan penawaran keterampilan manusia di di bursa ketenaga kerjaan yang luwes dan mampu mengakomodasi dan beradaptasi dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan akan tenaga kerja dan masyarakat teknologi modern yang sedang berubah. Industi masa kini membutuhkan cakrawala yang jauh lebih luas dan keterampilan yang simultan. Pada titik ini, kekuatan ekonomi dan sosial agaknya akan berinteraksi.
Berbicara mengenai proses pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi sering membuat kita kecewa, apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman peserta didik terhadap materi belajar. Seringkali kita dihadapkan pada kesulitan mengubah pengajaran ke pola pembelajaran, kita sering dihadapkan pada situasi dimana peserta didik jika disuruh bertanya diam dan bila ditanya juga diam. Pada dalan UUSPN no 20 tahun 2003 sudah jelas bahwa sistem pengajaran harus segera dirubah menjadi sistem pembelajaran, di mana guru berperan sebagai fasilitator dan mediator, sementara para mahasiswa dituntut aktif dengan segala potensi yang tersedia pada diri masing-masing.
Mahasiswa sering berada dalam posisi hanya sebagai penerima informasi sesuai mata kuliah yang harus diikutinya. Mahasiswa seringkali memahami informasi secara teoritis tetapi pada saat ditanya bagaimana implementasi dalam kehidupan sehari-hari mereka kelihatan bingung. Masalah inilah yang menyebabkan mengapa kualitas pendidikan di Indonesia lebih rendah bila dibandingkan dengan kulitas negara maju bahkan dengan negara malaysia sekalipun, karena pendidikan kita masih sekedar bersifat transmisi belum sampai kepada tingkat transformasi.
Perlu disadari bahwa pembelajaran bukan sekedar transfer of learning atau pengoperan informasi ilmu pengetahuan saja, bukanlah sekedar rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh peserta didik dan mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebab yang terpenting dari proses pendidikan adalah mampu menghasilkan individu yang mampu memecahkan masalah atau menjadikan individu sebagai “Problem Solver”.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menemukan cara terbaik untuk menginformasikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga setiap mahasiswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut, dan bahkan konsep yang sudah dipelajari akan menjadi miliknya sepanjang hayat. Bagaimana setiap mahasiswa memahami setiap ilmu yang dipelajarinya sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Bagaimana juga seorang dosen dapat berkomunikasi secara efektif dengan peserta didiknya yang selalu bertanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu dan hubungan dari apa yang telah mereka pelajari. Bagaimana dosen mampu membuka wawasan berfikir dari seluruh peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda, agar mereka dapat mengimplementasikan teori yang mereka dapatkan di kelas di dalam kehidupan nyata, sehingga terbuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya, dengan demikian setiap mahasiswa mampu menggunakan ilmu bukan sekedar bisa jadi pegawai tapi mampu menjadikan dirinya sebagai ” pekerja”
C. Pokok-pokok Pengembangan Instruksional dalam Pendidikan Perguruan Tinggi
Konsep Sistem dan Sistem Instruksional :
a. Perlunya model pembelajaran ; Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia kita perlu meningkatkan relevansi pembelajaran dengan pertumbuhan kemampuan intelektual peserta didik sebagai bagian dari perkembangan kepribadian yang diinginkan, karena inilah yang menjadi dasar efektivitas dan efisiensi pendidikan. Semua orang tua dan seluruh masyarakat mengharapkan agar peserta didik di sekolah dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa yang paling diharapkan ialah interaksi peserta didik sebagai individu dan kelompok dengan factor kurikulum. Selain guru mengetahui bahwa faktor kurikulum di sekolah, peserta didik banyak sekali berinteraksi dengan factor-faktor lain dari sekolah seperti guru dan sesama peserta didik terpengaruh pula oleh fasilitas dan perlengkapan yang ada, dimana semua ini menjembatani kegiatan peserta didik dengan pencapaian tujuan khusus pembelajaran, yang dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi bagaimana mencapai kompetensi dasar yang harus menjadi miliknya setiap peserta didik.
b. Sistem dan Pendidikan ; Ilmu pendidikan yang mencakup ilmu mengajar antara lain telah berkembang sebagai teknologi. Teknologi system instruksional yaitu ketrampilan khusus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan prinsip keilmuan kedalam pembelajaran dalam artian guru meratakan jalan bagi timbulnya hasil belajar siswa dengan jalan menciptakan lingkungan yang diperlukan (di dalam ataupun di luar kelas).
c. Teknologi ; Setiap teknologi mencakup penerapan hasil-hasil termasuk penerapan prinsip-prinsip sebagai ilmu. Teknologi juga menerapkan seni yang melampaui ilmu demi tercapainya hasil dan selesainya pekerjaan. Penerapan teknologi ke dalam pembelajaran berkombinasi dengan penerapan teori system sekaligus ke dalam pendidikan oleh guru yang mengajar maupun siswa yang belajar.
Pada hakekatnya keberhasilan pendidikan merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentu saja berakibat kepada terjadinya percepatan komunikasi, dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, manusia telah terbiasa terhadap standar-standar tertentu dari para pengajar yang senantiasa menyampaikan informasi, ide, gagasan atau pesan-pesan yang berupa ilmu pengetahuan, dimana ianformasi itu tidak cukup ditranmisikan saja tetapi yang paling penting harus terjadi transformasi.
Pada dasarnya baik guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi, oleh karena itu baik guru maupun dosen dituntut mempunyai ketrampilan untuk melakukan presentasi secara baik, karena mengajar sangat erat kaitannya dengan presentasi tersebut. Mengajar pada dasarnya adalah menyampaikan ide-ide, gagasan, pendapat dan informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang dipegangnya, dengan harapan setiap pengajar memperoleh feed back atau umpan balik sebagai respon terhadap apa yang telah di informasikannya. Guru atau dosen harus mengetahui apakah setelah terjadi proses pembelajaran terjadi perubahan perilaku atau tidak karena yang terpenting setiap terjadi proses pembelajaran harus menuju keperubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Yang perlu disosialisasikan kepada mahasiswa, betapa pentingnya memahami konsep tentang IPTEK, agar sesudah lulusan mempunyai pedoman dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan termasuk apabila menghadapi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
Dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan, semua bidang menuntut hal yang serba profesional efisien dan efektif. Maka kita sebagai pengajar hendaknya berusaha sedemikian rupa dan selalu mawas diri, apa yang harus kita perbaiki, apa yang harus diupayakan dan bagaimana cara mengupayakannya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas output pendidikan di Indonesia, agar output yang dihasilkan segera berubah menjadi outcomes yang mampu diserap oleh stake holder atau pelanggan pendidikan atau pengguna jasa. Di samping itu diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu menghasilkan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, manusia seutuhnya yang bisa diartikan sebagai individu yang punya keseimbangan antara physical quotatient, Intellegence quotatient, Spiritual quotatient,dan Emotional quotatient atau juga keseimbangan antara ranah kognitif,psikomotor dan afektif. Logikanya kalau semua mahasiswa pada sat sudah mumpuni dengan konsep, kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan melalui ketrampilan yang dimilikinya, maka diharapkan akan muncul rasa percaya diri, hal ini sangat penting dipahami oleh semua pihak agar mampu meningkat motivasi belajarnya.
Prinsip belajar adalah menumbuhkan kemampuan untuk ; learning to know, (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan) , learning to live together (belajar untuk hidup bersama) dan learning to be (belajar menjadi diri sendiri), jadi dengan belajar setiap individu mampu belajar mengetahui, untuk kemudian berbuat, belajar bekerja sama untuk menjadi dirinya sendiri. Dalam era globalisasi dan abad informasi setiap individu harus mampu menggunakan dan tahu di mana memperoleh informasi, belajar membedakan informasi yang baik dengan yang jelek dan belajar mengelola dan mengaplikasikan informasi sebagai pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mengajar dan belajar, yaitu disatu sisi guru mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secepatnya dan memperoleh kemudahan menyesuaikan diri dengan situasi kondisi dan tuntutan kerja, dipihak lain peserta didik berupaya menggali potensi yang tersedia pada diri masing-masing.
Guru pada abad sekarang tidak lagi merupakan pusat informasi tetapi harus berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar, dengan demikian cara mengajar yang baik adalah bagaimana menyampaikan informasi secara efektif kepada setiap peserta didik.
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pola pembelajaran kontekstual sangatlah berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pola pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat informasi atau dengan kata lain memposisikan pengajaran, biasanya komunikasi hanya satu arah. Sedang pembelajaran kontekstual adalah pola pembelajaran yang :
1. Menyandarkan pada memori spesial
2. Pemberian informasi berdasarkan kebutuhan individu peserta didik
3. Cenderung mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu ,
4. Mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik
5. Menetapkan penilaian melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang didukung oleh berbagai penelitian aktual di dalam bidang ilmu pengetahuan dan teori tentang tingkah laku yang secara bersama-sama mendasari konsepsi dan proses pembelajaran kontekstual mempunyai ciri-ciri antara lain :
1). Konstruktivisme berbasis pengetahuan (Knowledge Based Constructivisme), baik instruksi langsung maupun kegiatan konstruktivis dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa (Resnch dan Hall 1998).
2). Pembelajaran berbasis usaha / teori pertumbuhan kecerdasan (Effot – Based Learning / Implemental Theory of Intelligence). Peningkatan usaha seseorang untuk meningkatkan kemampuan, teori yang beranggapan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan komitmen untuk belajar.
3). Sosialisasi (Socialization), mahasiswa mempelajari standar, nilai-nilai dan pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan berbagai pertanyaan dan menerima tantangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat, bersama-sama dengan penjelasan konsep pembenaran pemikiran mereka dan pencarian informasi.
4). Pembelajaran situasi (Situated Learning) pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks sosial serangkaian tatanan yang mungkin dipergunakan seperti rumah, masyarakat, tempat kerja, akan tergantung pada tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
5). Pembelajaran distribusi (Distributed Learning) pengetahuan dipandang sebagai pendistribusian dan penyebaran (Lave, 1998) individu, orang lain dan berbagai benda (artifacts) seperti alat-alat fisik dan alat-alat simbolis (Solomon, 1998) dan bukan semata-mata sebagai suatu kekayaan individual. Dengan demikian manusia merupakan suatu bagian terintegrasi dari proses belajar, harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas (Borco dan Putman, 1998) dalam pembelajaran dan pengajaran Depdiknas 2002.
E. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual menempatkan peserta didik di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal peserta didik dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual peserta didik dan peran dosen, oleh karena itu pendekatan kontekstual harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut :
1). Belajar berbasis masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran yang menggunakan dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah.
2). Pengajaran autentik : Pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari konteks bermakna untuk mengembangkan ketrampilan berfikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
3). Belajar berbasis Inquiri, Pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai.
4). Belajar berbasis proyek pendekatan pembelajaran komprehensif dimana peserta didik didesain untuk dapat melakukan penelitian terhadap masalah antentik, termasuk pendalaman materi dari suatu topik materi kuliah dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
5). Belajar berbasis kerja pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menggunakan konteks kerja untuk mempelajari materi yang bias diimplementasikan di tempat kerja.
6). Belajar jasa layanan, pendekatan pembelajaran yang merefleksikan jasa layanan dan pembelajaran akademis.
7). Belajar kooperatif, pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001).
F. Hal yang harus diperhatikan dosen
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental jiwa.
1. Membentuk group belajar mahasiswa agar ada saling ketergantungan.
2. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.
3. Memperhatikan keragaman peserta didik.
4. Memperhatikan berbagai intelegensi peserta didik.
5. Memperhitungkan teknik bertanya.
6. Menerapkan penilaian autentik.
Sedangkan berkaitan dengan faktor peran guru, agar proses pembelajaran kontekstual dapat lebih efektif kaitannya dengan pembelajaran peserta didik, dosen diharuskan merencanakan mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan materi pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kontekstual dosen faham betul apa yang menjadi tujuan pembelajaran, harus diingat bahwa kegiatan dosen bukan sekedar transfer of knwledge, tujuan pembelajaran bukan sekedar penguasaan konsep tatapi membentuk keseimbangan antatara pemilikan konsep, mampu mengimplementasikan dalam kehidupan, yang ahirnya akan memunculkan rasa percaya diri.
G. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual seperti telah dijelaskan adalah pembelajaran yang memperhatikan faktor kebutuhan individual, agar pembelajaran ini efektif maka diperlukan strategi. Center for Occupational Research and Development (CORD) mengemukakan 5 strategi bagi pendidik dalam rangka pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT seperti berikut :
1. Relating, yang mengandung pengertian bahwa belajar harus dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
2. Experiencing, belajar sebaiknya ditekan kepada hal penggalian (Eksplorasi), penemuan (Discovery) dan penciptaan (Invention).
3. Applying, mengandung makna bahwa belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.
4. Cooperating, harus disadari bahwa belajar harus melalui konteks komunikasi interpersonal dan dilakukan bersama.
5. Transferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.
Kelima strategi di atas harus secara sinergi dipergunakan agar pencapaian tujuan pembelajaran kontekstual tercapai secara efektif dan efisien.
H. Pentingnya Penerapan Pembelajaran Kontekstual di P.T.
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya.
Lee (1999) mendefinisikan transfer (penerapan) adalah kemampuan untuk berfikir dan berargumentasi tentang situasi baru melalui penggunaan awal, siswa dapat berkonotasi positif jika belajar atau pemecahan masalah ditingkatkan melalui penggunaan pengetahuan awal secara nyata mengganggu proses belajar.
Transfer dapat juga terjadi di dalam suatu konteks melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran, atau antar dua atau lebih konteks dimana pengetahuan diperlukan dalam situasi tertentu, dan kemudian digunakan di dalam konteks lainnya.
Apabila kita melihat tujuan yang terkandung dalam pendekatan pembelaajran kontekstual, maka kita dapat mengambil kesimpulan untuk menghasilkan output perguruan tinggi yang berkualitas perlu dikembangkan pembelajaran yang kontekstual di perguruan tinggi. Untuk mengembangkanpemeblajaran kontekstual di perlukan pemberian otonomi dan sekaligus pelaksanaan pengambilan keputusan partisipatif seluruh warga kampus yang harus didukung oleh seluruh Stakeholder pendidikan. Merupakan langkah penting agar pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan secara optimal dalam rangka peningkatan kualitas output P.T. Stakeholder harus membantu pelaksanaan pembelajaran kontekstual ini sebab sebagai usser tentu saja sangat berkepentingan dengan kualitas, sebab kualitas inilah yang akan mendongkrak secara optimal bahkan maksimal suatu produk manakala output P.T. ini sudah berubah menjadi SDM di masyarakat.
I. J. Bagaimana agar P B M berhasil
Proses belajar mengajar dalam kelas pada hakekatnya adalah bagaimana kita berkomunikasi di kelas dalam rangka menyampaikan ide, gagasan atau informasi yang berkaitan dengan bidang studi atau materi setiap pengajar. Dalam penggunaan cara berkomunikasi ini harus dipertimbangkan beberapa aspek yang menjadi penentu untuk mencapai tujuan komunikasi, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual adalah : 1). Penggunaan sarana yang tepat, 2) Manfaat informasi yang disampaikan, 3) Tingkat kebutuhan, 4) Pemberi informasi.
Penggunaan sarana dan prasarana yang tepat merupakan ketrampilan yang harus dipelajari oleh seorang pengajar, sebab sarana baik secara langsung atau tidak langsung akan turut membantu meningkatkan output yang dihasilkan.
Dalam proses belajar mengajar cara menyampaikan informasi dalam berkomunikasi mengalami banyak perkembangan, yaitu tidak hanya mendistribusikan informasi yang terpusat pada pengajar, melainkan sudah berubah kearah bagaimana informasi itu diterima dan dapat diterapkan sehingga guru atau dosen sebagai pemberi informasi harus dapat menjembati informasi dengan pihak yang membutuhkannya dan berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung diusahakan tidak hanya bersifat verbal tetapi dapat dikembangkan melalui komunikasi non verbal, sehingga makna yang didapat peserta didik terasa lebih berkesan.
Tingkat kebutuhan , agar proses belajar mengajar sampai ketujuan secara efektif dan efisien, seorang pengajar dalam berkomunikasi harus memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam menyampaikan informasi hendaknya diperhatikan kebutuhan secara keseluruhan, agar informasi yang disampaikan dirasakan manfaatnya secara optimal.
Pemberi informasi ; pengajar sebagai pemberi informasi tentu saja harus menguasai tehnik berbicara karena gaya bicara dalam menyampaikan informasi tentu saja akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik.
Selain apa yang sudah disebutkan ada lagi beberapa hal yang harus menjadi focus perhatian para pengajar agar kegiatan belajar peserta didik lebih berhasil lagi yaitu :
1. Yang paling penting dan utama, ciptakan semangat kerja kelompok, kerja sama baik antara pengajar dan peserta didik ataupun kerja sama dengan unsur lainnya yang mendukung kegiatan belajar mengajar, ciptakan suasana setiap orang harus mampu menjadi problem solver.
2. Setiap peserta didik tanpa ragu-ragu harus memberikan kontribusi dengan memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Setiap peserta didik bukan hanya saja harus memperhatikan apa yang dinformasikan oleh pengajar, tetapi yang utama ialah menganalisa bahan yang diterima selama proses belajar mengajar berlangsung.
4. Kembangkan suasana yang sehat dan menyenangkan, sehingga setiap orang merasa nyaman dalam mengikuti atau ikut terlibat dalam proses belajar mengajar. Ciptakan agar semua orang punya tanggung jawab yang sama dalam meningkatkan kualitas diri masing-masing.
K. Gaya Pengajar
Salah satu fakor yang menentukan berhasilnya upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, tidak terlepas dari prilaku dan gaya bicara seorang pengajar. Gaya bicara ini dapat dikaitkan dengan empat factor yang harus ada pada pengajar yaitu :
1. Pengetahuan ( knowledge ) ; Penguasaan materi sesuai dengan pengetahuan yang akan ditransfer kepada peserta didik tentu saja menjadi prasarat untuk tampil di depan kelas, sebab salah satu tugas pengajar adalah melakukan transfer of knowledge. Oleh karena itu guru dan dosen harus selalu memotivasi diri untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan itu sesusai dengan perkembangan jaman, seuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, karena kita pahami bersama bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis.
2. Ketulusan ( Sincerity ) ; pengajar baik guru atau dosen merupakan orang tua kedua bagi anak-anaknya oleh karena itu diperlukan ketulusan dalam membimbing setiap peserta didik, dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan prilaku pada setiap individu dengan semakin bertambahnya informasi yang didapat di sekolah. Ketulusan dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, karena secara tidak langsung pengajar akan bertanggungjawab terhadap materi yang disampaikan. Sehinga suasana PBM menjadi ajang pengembangan wawasan pengetahuan dan kemampuan, ketulusan sikap akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, ketulusan akan mengharapkan peserta juga akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, dilain pihak peserta didik juga akan menilai apakah pengajar mempercayai apa yang diucapkannya.
3. Antusias ( Enthusiasm ) ; Dalam menjalankan tugas dan perannya seorang guru atau dosen perlu melakukan tugas dengan penuh antusias, antusiasme ini akan mempengaruhi susana atau lingkungan kelas, apabila guru atau dosen masuk kelas dengan penuh antusias akan membawa dampak terhadap situasi kelas dan berpengaruh terhadap situasi belajar. Seorang pengajar yang antusias akan selalu kelihatan semangat dalam melaksanakan tugas, gebira dan selalu berfikiran positf dalam mengelola PBM, sebagai tugas dan tanggungjawab sekali gus merupakan pekerjaan yang disenanginya. Sikap antusiasme ini harus tetap dipertahan dan tidak berubah menjadi super ego.
4. Latihan ( Practice ) ; Latihan perlu dilakukan oleh guru, sebab latihan yang rutin dilaksanakan akan meningkatkan ketrampilan guru atau dosen mengajar, hal ini berhubungan dengan guru sebagai profesi bukan saja sekadar memberikan informai, tetapi baik guru atau dosen dituntut untuk trampil menyampaikan informas, untuk itulah setiap guru atau dosen perlu setiap saat melatih diri untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang KBM. Latihan ini penting dilakukan agar PBM selalu dapat ditingkatkan kualitasnya dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.Latihan ini bisa bersifat fisik maupun non fisik, dalam arti bahwa setiap pengajar harus mempunyai kondisi prima agar penampilannya disenangi oleh setiap peserta didik, sedangkan latihan non fisik yakni mengembangkan ketrampilan yang berkaitan dengan kegiatan belajar khusus yang berkaitan dengan pengetahuan yang yang akan ditransfer.
Perlu diingat bahwa pada kegiatan proses belajar mengajar ada tahap-tahap yang harus dilalui antara lain :
1. Pembukaan
2. Isi materi
3. Penutup
Ketiga tahapan yang harus dilalui mengandung arti setiap pengajar harus bisa membedakan gaya bicara yang harus ditampilkan pada setiap tahapan tesebut.
Untuk tahap pembuka suasana yang heterogin dari setiap peserta didik harus diarahkan pada suasana yang homogen, yaitu harus ada kesiapan untuk mengalihkan perhatian kepada kegiatan belajar mengajar. Kemudian memasuki tahapan pembahasan materi, pemberian informasi tentu saja dengan gaya yang lebih serius, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ilmiah agar informasi dicerna oleh mahasiswa secara baik dan benar. Terakhir kembali peserta didik diarahkan pada akhir kegiatan dan pembicara kembali sedikit santai dalam berkomunikasi, tetapi walau bagaimana pada penutupan PBM tentu saja yang terpenting adalah memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik. Karena hanya dengan memperoleh umpan balik, para pengajar akan mengetahui apakah tujuan instruksional sudah tercapai atau belum, melaui umpan balik pengajar mampu mengetahui kendala apa yang ada di balik kegiatan mengajar belajar apabila tujuan tidak tercapai.
L. . Gaya Bicara Pada Saat PBM Berlangsung
Untuk mencapai tujuan belajar secara efisien dan efektif ada beberapa factor atau gaya bicara yang harus diperhatikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain :
1. Bahasa yang jelas ( jangan bicara terlalu cepat ) karena ucapan yang dilakukan oleh setiap pengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar, bahasa yang teratur diharapkan akan membawa pengaruh positf terhadap output yang dihasilkan.
2. Tidak menggurui, gaya bicara yang menggurui cenderung tidak akan mendapat tanggapan atau umpan balik dari peserta didik.
3. Intonasi suara, gunakan intonasi suara pada waktu moment yang tepat
4. Ciptakan komunikasi multi arah. Usahakan agar pengajar dan peserta didik mempunyai kepentingan yang sama, sehingga akan berkesan pengajar memperhatikan kepentingan peserta didik
5. Bahasa tubuh, Sekali-kali gunakan gaya bicara dengan cara mengerakkan tubuh, karena hal ini akan menciptakan suasana KBM lebih hidup dan mengarahkan pembicaraan ke materi tanpa terjadi pembiasan.
6. Keyakinan akan kemampuan, gaya bicara dengan penuh kemampuan yang dimiliki akan menunjukkan pembicara disenangi atau menjadi panutan peserta didik.
7. Pandangan, pandangan guru sebagai pembicara utama pada saat kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan , pandanglah setiap peserta didik dengan penuh keyakinan dan hal ini akan membantu keberhasilan KBM.
M. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Seorang Pengajar
Proses belajar yang efektif adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan KBM, seorang pengajar harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Berikan penjelasan yang singkat tetapi mudah dipahami, karena pada dasarnya daya tangkap seseorang tidak sama dan sangat terbatas. Penjelasan dengan mempergunakan kata-kata yang sederhana , sistimatis dan mudah diingat akan membantu peserta didik . Kita tentu semua sependapat daya ingat dan daya tangkap semua peserta didik berbeda, tetapi kita juga harus selalu ingat bahwa setiap peserta didik memerlukan pelayanan yang maksimal.
2. Penampilan seorang pengajar akan memberikan citra tersendiri, cara berpakaian, cara berprilaku didepan kelas akan sangat membantu suksesnya kegiatan belajar mengajar.
3. Suara seorang pengajar di dalam kelas akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebaiknya pengajar harus berbicara cukup keras agar didengar oleh seluruh peserta didik, dan hal ini menandakan bahwa pengajar cukup menguasai masalah yang sedang dibahas.
4. Pada awal pembicaraan seorang pengajar hendaknya memulai pembicaraan dalam tempo yang lambat dan terang serta mempergunakan susunan kata yang mudah dimengerti.
5. Istirahat sejenak agar peserta didik menyerap dan mencamkan apa saja yang baru diucapkan, karena kita yakin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada hal-hal yang sangat penting yang perlu di pahami oleh peserta didik.
6. Seorang pengajar sebaiknya tidak berbicara secara monoton dan datar, agar peserta didik tidak bosan. Seorang pengajar harus memahami tinggi rendahnya suara dalam arti dia harus bisa mengendalikan tinggi rendahnya nada yang digunakan, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.
Dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, setiap pengajar tidak boleh berpangku tangan, tetapi senantias harus berupaya untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan wawasan agar dapat mengikuti perubahan dan kebutuhan atau dengan kata lain para pengajar harus belaja
N. Penutup
Dalam tantangan globalisasi yang merupakan era persaingan yang semakin kompleks dan pendidikan yang semakin global ditambah lagi suasana politik yang penuh dengan ketidakpastian, Lapangan kerja yang semakin menyempit menuntut kreativitas dosen dalam SBM, tidak hanya penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif, akan tetapi juga sangat penting bagi kesinambungan pengelolaan pendidikan. Nilai tambah dalam pendidikan harus diciptakan melalui kreativitas dan keinovasian dalam pembelajaran. Institusi perguruan tinggi hanya akan survive, apabila di dalamnya tersedia SDM yang kreatif, sedangkan yang statis akan tersisih dari percaturan P.T. yang semakin kompetitif.
Dosen selain memberikan tranfer of knowledge, mendorong mahasiswa untuk mengubah pola pikir bahwa kuliah bukan hanya sekedar menyiapkan diri untuk mencari kerja tetapi mengubah wawasan bagaimana dengan ilmu yang mereka miliki mampu meningkat kualitas hidup dan kehidupan.
Daftar Pustaka
Ali Muhamad (1992), Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Bandung.
Bruner, Jerome S. (1960), The Process of Education, New York,Veritage Book.
Departemen Pendidikan Nasional (2002), Pembelajaran Kontekstual DirektoratJenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah LanjutanTingkat Pertama.
Joice B and Weil M. (1962), Models of Teaching for Englewood, Cliff, N.J., Prantice Hall Inc.
Nurhadi dan Senduk, A.G., 2003, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang, UM Press.
Priatmoko, D.H. 2003, Reformasi Pendidikan Indonesia, Suatu Solusi dari Krisis, Makalah dalam Website, Balitbang Diknas.
Saylor, J.G., Alexander, W.M. and Lewis, A.J. (1981), Curriculum, Planning for Better Teaching and Learning, Tokyo, Holt Sanders Japan
.
Stratemeyer, Florence B., Folkner HL, McKim MG. (1947), Developing a Curriculum
For Modern Living, Colombia, Bureau of Publication, Teacher College.
Sabtu, 08 November 2008
mengajar lebih efektif
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh : Dr. Mintarsih Danumihardja M.Pd
Abstract.
Preparing instructional obyectives in teaching of desire learning outcomes from Higher Education. The first step in both teaching learning is communication between lecturer and students is that of determining the learning outcomes to expected from class room instruction. Broadly conseived, the main purpose of class room instruction is to change students behavior in desired direction.The term behavior is used to broad sense to include all changes in intellectual, emotion and physicall. When class room instruction is viewed in this light, quality instructional becomes important part of teaching learning process. Lecturer as communicator, demonstrator and facilitator can be provided direction to the teaching process and set the stage for ready evaluation of learning outcomes. What should student changes in habit thinking, feeling or what specific behavior changes are we striving for, and what are students like when we have succeeded will bring about those changes.
Key words : Lecturer, communication quality instruction and changes habits.
Pendahuluan
Belajar adalah kewajiban umat manusia yang pertama sesuai ayat ke 1 dalam surat al-Alaq yang berbunyi :
ﺇﻘﺮﺃ ﺑﺎﺴﻡ ﺮﺑﻚ ﺍﻟﺬﻯ ﺧﻟﻖ
“Bacalah“ Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan dengan kalam.
Pendidikan selain merupakan hak, juga merupakan kewajiban warganegara Indonesia. Pendidikan diwajibkan negara, karena diyakini bahwa hanya dengan pendidikan yang merata dan bermutu, dan hanya melalui pendidikan kita akan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa yang merdeka dan berdaulat ( undang-undang dasar 1945 ).
Secara kuantitatif pendidikan di Indonesia sudah cukup memadai tetapi secara kualitatif belum banyak yang menyelenggarakan atau mengelola lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, walaupun ada beberapa penyelenggara pendidikan yang sudah berkualitas tetapi jumlahnya masih sangat sedikit, itupun hanya bisa dikuti oleh orang yang punya uang saja, karena merekalah yang mampu membayar sekolah atau perguruan tinggi yang berkualitas. Oleh karena itu sampai saat ini ditinjau dari segi kualitatif pendidikan masih merupakan masalah yang belum bisa diselesaikan.
Pendidikan tak mungkin lengkap membentuk manusia Indonesia seutuhnya apabila tidak ada kerja sama yang baik antara pendidikan mikro/individual dan pendidikan makro/kelompok (Pendidikan mikro dan makro harus saling melengkapi).
Konsep pendidikan pancasila selain mencakup pelaksanaan pembelajaran di sekolah juga mencakup pendidikan luar sekolah, sebab pendidikan hanya akan berhasil bila tripusat pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah bersinergi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran dengan pembagian tugas yang proposional. Sistem pendidikan nasional kita perlu menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran dan memberi tempat kepada teknologi sistem instruksional. Sedangkan dalam peningkatan pendidikan, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dapat mengembangkan filsafafat pendidikan sebagai landasan proses pembelajaran agar pendidikan mampumenyiapkan warga negara yang baik yang dapat mendukung pembangunan di Indnesia.
Sistem instruksional menggunakan perspektif yang luas dalam menganalisis dan meningkatkan pendidikan dengan menerapkan konsep-konsep yang bersifat makro yang dipinjam dari ilmu ekonomi, sosiologi, dan teknologi perekayasaan (engineering).
Pokok-pokok Pengembangan Instruksional dalam Pendidikan di PT.
Konsep Sistem dan Sistem Instruksional :
a. Perlunya model pembelajaran ; Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia kita perlu meningkatkan relevansi pembelajaran dengan pertumbuhan kemampuan intelektual peserta didik sebagai bagian dari perkembangan kepribadian yang diinginkan, karena inilah yang menjadi dasar efektivitas dan efisiensi pendidikan. Semua orang tua dan seluruh masyarakat mengharapkan agar peserta didik dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa yang paling diharapkan ialah interaksi peserta didik sebagai individu dan kelompok dengan factor kurikulum. Selain dosen mengetahui bahwa faktor kurikulum, peserta didik banyak sekali berinteraksi dengan factor-faktor lain di lingkungan pendidikan seperti dosen dan sesama peserta didik terpengaruh pula oleh fasilitas dan perlengkapan yang ada, dimana semua ini menjembatani kegiatan peserta didik dengan pencapaian tujuan khusus pembelajaran.
b. Sistem dan Pendidikan ; Ilmu pendidikan yang mencakup ilmu mengajar antara lain telah berkembang sebagai teknologi. Teknologi system instruksional yaitu ketrampilan khusus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan prinsip keilmuan kedalam pembelajaran dalam artian dosen meratakan jalan bagi timbulnya hasil belajar siswa dengan jalan menciptakan lingkungan yang diperlukan (di dalam ataupun di luar kelas).
c. Teknologi ; Setiap teknologi mencakup penerapan hasil-hasil termasuk penerapan prinsip-prinsip sebagai ilmu. Teknologi juga menerapkan seni yang melampaui ilmu demi tercapainya hasil dan selesainya pekerjaan. Penerapan teknologi ke dalam pembelajaran berkombinasi dengan penerapan teori system sekaligus ke dalam pendidikan oleh dosen yang mengajar maupun siswa yang belajar. Apalagi sekarang sudah berkembang ICT ( Information, comunication and technolpgy) yang akan memberi sumbangan yang lebih baik pada proses pembelajaran selama individu yang terkait memanfaatkannya dengan baik.
Pada hakekatnya keberhasilan pendidikan merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentu saja berakibat kepada terjadinya percepatan komunikasi, dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, manusia telah terbiasa terhadap standar-standar tertentu dari para pengajar yang senantiasa menyampaikan informasi, ide, gagasan atau pesan-pesan yang berupa ilmu pengetahuan, dimana ianformasi itu tidak cukup ditranmisikan saja tetapi yang paling penting harus terjadi transformasi. Karena trasformasi inilah yang akan banyak mengubah terjadinya perubahan perilaku yang akan berdampak terhadap terjadinya perubahan kebiasaan.
Pada dasarnya dosen di perguruan tinggi mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi, oleh karena itu dosen dituntut mempunyai ketrampilan untuk melakukan presentasi secara baik, karena mengajar sangat erat kaitannya dengan presentasi tersebut. Mengajar pada dasarnya adalah menyampaikan ide-ide, gagasan, pendapat dan informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang dipegangnya, dengan harapan setiap pengajar memperoleh feed back atau umpan balik sebagai respon terhadap apa yang telah di informasikannya. Dosen harus mengetahui apakah setelah terjadi proses pembelajaran terjadi perubahan perilaku atau tidak karena yang terpenting setiap terjadi proses pembelajaran harus menuju keperubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan, semua bidang menuntut hal serba efisien dan efektif. Maka kita sebagai pengajar hendaknya berusaha sedemikian rupa dan selalu mawas diri, apa yang harus kita perbaiki, apa yang harus diupayakan dan bagaimana cara mengupayakannya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan kua;litas dan kuantitas output pendidikan di Indonesia, agar output yang dihasilkan segera berubah menadi outcomes yang mampu diserap oleh stake holder atau pelanggan pendidikan atau pengguna jasa. Di samping itu diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu menghasilkan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, manusia seutuh yang bisa diartikan sebagai individu yang punya keseimbangan antara physical quotatient, Intellegence quotatient, Spiritual quotatient,dan Emotional quotatient atau juga keseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor.
Prinsip belajar adalah menumbuhkan kemampuan untuk ; learning to know, (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan) , learning to live together (belajar untuk hidup bersama) dan learning to be (belajar menjadi diri sendiri), jadi dengan belajar setiap individu mampu belajar mengetahui, untuk kemudian berbuat, belajar bekerja sama untuk menjadi dirinya sendiri. Dalam era globalisasi dan abad informasi setiap individu harus mampu menggunakan dan tahu di mana memperoleh informasi, belajar membedakan informasi yang baik dengan yang jelek dan belajar mengelola dan mengaplikasikan informasi sebagai pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mengajar dan belajar, yaitu disatu sisi dosen mengembangkan nilai dan budi luhur mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secepatnya dan memperoleh kemudahan menyesuaikan diri dengan situasi kondisi dan tuntutan kerja, dipihak lain peserta didik berupaya menggali potensi yang tersedia pada diri masing-masing.
Dosen pada abad sekarang tidak lagi merupakan pusat informasi tetapi harus berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar, dengan demikian cara mengajar yang baik adalah bagaimana memfasilitasi penyampaian informasi secara efektif kepada setiap peserta didik. Berubah perannya seorang pengajar dari pusat informasi menjadi fasilitator dan motivator menjadi sangat berarti karena pengajar harus mendorong setiap pesaerta didik dan memfasilitasi pembelajar menjadi lebih bermakna.
Bagaimana agar P B M berhasil
Proses belajar mengajar dalam kelas pada hakekatnya adalah bagaimana kita berkomunikasi di kelas dalam rangka menyampaikan ide, gagasan atau informasi yang berkaitan dengan bidang studi atau materi setiap pengajar. Dalam penggunaan cara berkomunikasi ini harus dipertimbangkan beberapa aspek yang menjadi penentu untuk mencapai tujuan komunikasi, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1). Penggunaan sarana yang tepat, 2) Manfaat informasi yang disampaikan, 3) Tingkat kebutuhan, 4) Pemberi informasi.
Penggunaan sarana dan prasarana yang tepat merupakan ketrampilan yang harus dipelajari oleh seorang pengajar, sebab sarana baik secara langsung atau tidak langsung akan turut membantu meningkatkan output yang dihasilkan.
Dalam proses belajar mengajar cara menyampaikan informasi dalam berkomunikasi mengalami banyak perkembangan, yaitu tidak hanya mendistribusikan informasi yang terpusat pada pengajar, melainkan sudah berubah kearah bagaimana informasi itu diterima dan dapat diterapkan sehingga dosen sebagai pemberi informasi harus dapat menjembati informasi dengan pihak yang membutuhkannya dan berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung diusahakan tidak hanya bersifat verbal tetapi dapat dikembangkan melalui komunikasi non verbal, sehingga makna yang didapat peserta didik terasa lebih berkesan.
Tingkat kebutuhan , agar proses belajar mengajar sampai ketujuan secara efektif dan efisien, seorang pengajar dalam berkomunikasi harus memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam menyampaikan informasi hendaknya diperhatikan kebutuhan secara keseluruhan, agar informasi yang disampaikan dirasakan manfaatnya secara optimal.
Pemberi informasi ; pengajar sebagai pemberi informasi tentu saja harus menguasai tehnik berbicara karena gaya bicara dalam menyampaikan informasi tentu saja akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik.
Selain apa yang sudah disebutkan ada lagi beberapa hal yang harus menjadi focus perhatian para pengajar agar kegiatan belajar peserta didik lebih berhasil lagi yaitu :
1. Yang paling penting dan utama, ciptakan semangat kerja kelompok, kerja sama baik antara pengajar dan peserta didik ataupun kerja sama dengan unsur lainnya yang mendukung kegiatan belajar mengajar.
2. Setiap peserta didik tanpa ragu-ragu harus memberikan kontribusi dengan memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Setiap peserta didik bukan hanya saja harus memperhatikan apa yang dinformasikan oleh pengajar, tetapi yang utama ialah menganalisa bahan yang diterima selama proses belajar mengajar berlangsung (Terjadi Transformasi).
4. Kembangkan suasana yang sehat dan menyenangkan, sehingga setiap orang merasa nyaman dalam mengikuti atau ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.
Gaya Pengajar
Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, tidak terlepas dari prilaku dan gaya bicara seorang pengajar. Gaya bicara ini dapat dikaitkan dengan empat factor yang harus ada pada pengajar yaitu :
1. Pengetahuan ( knowledge ) ; Penguasaan materi sesuai dengan pengetahuan yang akan ditransfer kepada peserta didik tentu saja menjadi prasarat untuk tampil di depan kelas, sebab salah satu tugas pengajar adalah melakukan transfer of knowledge. Oleh karena itu guru dan dosen harus selalu memotivasi diri untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan itu sesusai dengan perkembangan jaman, seuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, karena kita pahami bersama bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis.
2. Ketulusan ( Sincerity ) ; pengajar baik guru atau dosen merupakan orang tua kedua bagi anak-anaknya oleh karena itu diperlukan ketulusan dalam membimbing setiap peserta didik, dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan prilaku pada setiap individu dengan semakin bertambahnya informasi yang didapat di sekolah. Ketulusan dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, karena secara tidak langsung pengajar akan bertanggungjawab terhadap materi yang disampaikan. Sehinga suasana PBM menjadi ajang pengembangan wawasan pengetahuan dan kemampuan, karena ketulusan sikap akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan menilai apakah pengajar juga mempercayai apa yang diucapkannya.
3. Antusias ( Enthusiasm ) ; Dalam menjalankan tugas dan perannya seorang guru atau dosen perlu melakukan tugas dengan penuh antusias, antusiasme ini akan mempengaruhi susana atau lingkungan kelas, apabila guru atau dosen masuk kelas dengan penuh antusias akan membawa dampak terhadap situasi kelas dan berpengaruh terhadap situasi belajar. Seorang pengajar yang antusias akan selalu kelihatan semangat dalam melaksanakan tugas, gebira dan selalu berfikiran positf dalam mengelola PBM, sebagai tugas dan tanggungjawab sekali gus merupakan pekerjaan yang disenanginya. Sikap antusiasme ini harus tetap dipertahan dan tidak berubah menjadi super ego.
4. Latihan ( Practice ) ; Latihan perlu dilakukan oleh guru, sebab latihan yang rutin dilaksanakan akan meningkatkan ketrampilan guru atau dosen mengajar, hal ini berhubungan dengan guru sebagai profesi bukan saja sekadar memberikan informai, tetapi baik guru atau dosen dituntut untuk trampil menyampaikan informas, untuk itulah setiap guru atau dosen perlu setiap saat melatih diri untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang KBM. Latihan ini penting dilakukan agar PBM selalu dapat ditingkatkan kualitasnya dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.Latihan ini bisa bersifat fisik maupun non fisik, dalam arti bahwa setiap pengajar harus mempunyai kondisi prima agar penampilannya disenangi oleh setiap peserta didik, sedangkan latihan non fisik yakni mengembangkan ketrampilan yang berkaitan dengan kegiatan belajar khusus yang berkaitan dengan pengetahuan yang yang akan ditransfer.
Perlu diingat bahwa pada kegiatan proses belajar mengajar ada tahap-tahap yang harus dilalui antara lain : 1. Pembukaan
2. Isi materi
3. Penutup
Ketiga tahapan yang harus dilalui mengandung arti setiap pengajar harus bisa membedakan gaya bicara yang harus ditampilkan pada setiap tahapan tesebut.
Untuk tahap pembuka suasana yang heterogin dari setiap peserta didik harus diarahkan pada suasana yang homogen, yaitu harus ada kesiapan untuk mengalihkan perhatian kepada kegiatan belajar mengajar. Kemudian memasuki tahapan pembahasan materi, pemberian informasi tentu saja dengan gaya yang lebih serius, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ilmiah agar informasi dicerna oleh mahasiswa secara baik dan benar. Terakhir kembali peserta didik diarahkan pada akhir kegiatan dan pembicara kembali sedikit santai dalam berkomunikasi, tetapi walau bagaimana pada penutupan PBM tentu saja yang terpenting adalah memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik. Karena hanya dengan memperoleh umpan balik, para pengajar akan mengetahui apakah tujuan instruksional sudah tercapai atau belum, melaui umpan balik pengajar mampu mengetahui kendala apa yang ada di balik kegiatan mengajar belajar apabila tujuan tidak tercapai.
Gaya Bicara Pada Saat PBM Berlangsung
Untuk mencapai tujuan belajar secara efisien dan efektif ada beberapa faktor atau gaya bicara yang harus diperhatikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain :
1. Bahasa yang jelas ( jangan bicara terlalu cepat ) karena ucapan yang dilakukan oleh setiap pengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar, bahasa yang teratur diharapkan akan membawa pengaruh positf terhadap output yang dihasilkan.
2. Tidak menggurui, gaya bicara yang menggurui cenderung tidak akan mendapat tanggapan atau umpan balik dari peserta didik.
3. Intonasi suara, gunakan intonasi suara pada waktu moment yang tepat
4. Ciptakan komunikasi multi arah. Usahakan agar pengajar dan peserta didik mempunyai kepentingan yang sama, sehingga akan berkesan pengajar memperhatikan kepentingan peserta didik (Proses Pembelajaran)
5. Bahasa tubuh, Sekali-kali gunakan gaya bicara dengan cara mengerakkan tubuh, karena hal ini akan menciptakan suasana KBM lebih hidup dan mengarahkan pembicaraan ke materi tanpa terjadi pembiasaan.
6. Keyakinan akan kemampuan, gaya bicara dengan penuh kemampuan yang dimiliki akan menunjukkan pembicara disenangi atau menjadi panutan peserta didik.
7. Pandangan, pandangan dosen sebagai pembicara utama pada saat kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan , pandanglah setiap peserta didik dengan penuh keyakinan dan hal ini akan membantu keberhasilan KBM.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Seorang Pengajar
Proses belajar yang efektif adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan KBM, seorang pengajar harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Berikan penjelasan yang singkat tetapi mudah dipahami, karena pada dasarnya daya tangkap seseorang tidak sama dan sangat terbatas. Penjelasan dengan mempergunakan kata-kata yang sederhana , sistimatis dan mudah diingat akan membantu peserta didik . Kita tentu semua sependapat daya ingat dan daya tangkap semua peserta didik berbeda, tetapi kita juga harus selalu ingat bahwa setiap peserta didik memerlukan pelayanan yang maksimal.
2. Penampilan seorang pengajar akan memberikan citra tersendiri, cara berpakaian, cara berprilaku didepan kelas akan sangat membantu suksesnya kegiatan belajar mengajar.
3. Suara seorang pengajar di dalam kelas akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebaiknya pengajar harus berbicara cukup keras agar didengar oleh seluruh peserta didik, dan hal ini menandakan bahwa pengajar cukup menguasai masalah yang sedang dibahas.
4. Pada awal pembicaraan seorang pengajar hendaknya memulai pembicaraan dalam tempo yang lambat dan terang serta mempergunakan susunan kata yang mudah dimengerti.
5. Istirahat sejenak agar peserta didik menyerap dan mencamkan apa saja yang baru diucapkan, karena kita yakin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada hal-hal yang sangat penting yang perlu di pahami oleh peserta didik.
6. Seorang pengajar sebaiknya tidak berbicara secara monoton dan datar, agar peserta didik tidak bosan. Seorang pengajar harus memahami tinggi rendahnya suara dalam arti dia harus bisa mengendalikan tinggi rendahnya nada yang digunakan, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.
Unsur-unsur Pembelajaran
Untuk menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas dan mempunyai wawasan yang luas pembelajaran di Perguruan Tinggi dalam millenium ke-3 sudah seharusnya mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar antara lain :
1. Membangun Kepercayaan (Confidence), kepercayaan ini perlu dibangun oleh dosen dalam melakukan “Transfer of Knowledge” kepada mahasiswa, tetapi sebaiknya mahasiswa membangun image dengan cara mensinergikan 3 unsur dalam belajar yaitu fisik, intelektual dan emosional, sehingga proses pembelajaran akan memberi dampak kepada setiap individu ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah belajar. Dalam artian sesudah mengetahui teori/ konsep setiap individu akan bekerja melalu proses sesuai konsep sehingga dalam melakukan sesuatu tidak trial and error
2. Keingintahuan (Curioucity), bahwa setiap individu masuk yang ke dalam lingkup pendidikan formal menyadari masih banyak yang tidak diketahui, oleh karena itu setiap individu sadar diri dalam proses pembelajaran kegiatannya difokuskan untuk memenuhi rasa keingintahuan terhadap materi sesuai dengan bidang studi yang digelutinya.
3. Sadar Tujuan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran hendaknya sadar akan tujuan pendidikan, yaitu bagaimana berupaya untuk “mendewasakan diri” yang sanggup menjadi “Problem Solver”. Dan berupaya untuk menjadi manusia yang seutuhnya sesuai apa yang diamanatkan oleh UUD 1945.
4. Kendali Diri (Self Control). Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi diarahkan pada kegiatan membangun kendali diri artinya proses belajar disadari dalam upaya mengejar peningkatan kualitas diri. Oleh karena itu belajar tidak harus selalu dikendalikan oleh dosen, tetapi ada motivasi intrinsik datang dari diri setiap individu peserta didik untuk menerapkan belajar sepanjang hayat. Disadari bahwa izajah bukan tujuan akhir, karena ini hanya merupakan alat yang menjadi bukti telah berproses dalam pembelajaran, yang utama adalah bagai mana memiliki ilmu yang akan menjadi miliknya sepanjang hayat agar dapat menjadi investasi jangka panjang.
5. Kemampuan bekerja sama (work together) sebagaimana asas pembelajaran yang dikembangkan oleh Unesco yaitu “Learning to Live Together” kesadaran yang akan mendorong pada pentingnya kebersamaan, bahwa individu akan mencapai kemajuan karena kerja sama yang dibangun. Proses pembelajaran akan menjadi semakin indah kalau setiap peserta didik “sharing” dan ini akan terjadi pengayaan pengetahuan baik bagi pengajar maupun peserta didik, dalam pembelajaran dikembangkan bahwa setiap orang mampu memberi sumbangan informasi yang bermakna bagi setiap yang terlibat dalam pembelajaran.
6. Kemampuan Bergaul Harmonis (Relatedness). Suatu hal yang perlu dibangun dalam proses pembelajaran, setiap individu menempatkan diri sesuai posisi, sehingga akan terbangun suasana yang nyaman dalam proses pembelajaran..
Dengan dikembangkan 6 unsur dalam pembelajaran diharapkan output yang dihasilkan oleh lembaga Perguruan Tinggi akan menjadi sarjana yang sujana, sesuai dengan harapan masyarakat, dan sesuai dengan perkembangan masyarakat yang menuntut layanan prima dari dunia pendidikan, salah satunya wujud nyata adalah output yang berkualitas,
Kebiasaan
Kalau bukunya Covey merupakan “ The best seller” karena menginformasikan ada 8 kebiasaan yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya, alangkah baiknya kalau 8 kebiasaan ini diangkat dan dikembangkan dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi. Karena saya yakin kedelapan kebiassan ini akan menjadikan output Perguruan Tinngi akan semakin mandiri. Adapun 8 kebiasaan yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey adalah sebagai berikut :
Kebiasaan Pertama, Proaktif.
Proaktif bukan sekedar berinisiatif. Proaktif berarti suatu keyakinan bahwa apa pun yang kita peroleh dalam hidup merupakan akibat pilihan respons kita sendiri. Kebiasaan pertama merupakan kesadaran bahwa antara stimulus dan respons terdapat "freedom to choose". Allah berfirman dalam Surat Ar-Rad 13:11
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri".
Kebanyakan orang berpikir bahwa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang benar adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. Selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap situasi yang bagaimanapun negatifnya. Kemampuan untuk memilih respons seperti yang dikemukakan di atas, merupakan fungsi dari kemampuan kita memanfaatkan karunia Allah berupa Furqon (berupa Al Qur'an yang membedakan antara respons yang haq dan yang batil), "independent will" (kehendak merdeka), "self awareness" (kesadaran diri), conscience (kata hati) dan "imagination" (imajinasi). Dengan kata lain, kebiasaan proaktif menyatakan bahwa kitalah pemrogram kehidupan kita sendiri.
Kebiasaan Kedua, Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran.
Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting ketika Rasulullah Saw menyatakan "setiap perbuatan tergantung niatnya". Kebiasaan mulai dengan akhir dalam pikiran mengajarkan agar kita menuliskan programnya.
Kebiasaan Ketiga. Dahulukan Yang Harus Didahulukan.
Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan komitmen. Kebiasaan ketiga merupakan perwujudan dari kemerdekaan memilih hanya melakukan hal-hal penting yang telah ditentukan pada kebiasaan kedua. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Mu'minun 23:1-3
"Sungguh berhasil orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang sia-sia",
dan dalam surat Al-'Ashr 103:1-3
"Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran".
Juga dalam Surat Al Insyirah 94:7-8
"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.
Kebiasaan Keempat, Berpikir Menang-Menang.
Berpikir menang-menang berasal dari karakter yang dicirikan dengan kejujuran (menyesuaikan kata dengan perbuatan), integritas (menyesuaikan perbuatan dengan kata), kematangan (keseimbangan antara ketegasan dan toleransi), dan mentalitas kelimpahan (keyakinan bahwa karunia Allah tersedia tanpa batas bagi siapapun yang mengikuti sunnatullah atau "causality law").
Kebiasan Kelima, Berusaha Mengerti Lebih Dulu - Baru (minta) Dimengerti.
Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa "the secret of living is giving" (rahasia kehidupan adalah memberi). Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Dosen dalam proses pembelajaran tidak memikirkan apa yang akan dia peroleh setelah memberi pelajaran, tetapi justru selalu berfikir apa yang yang harus diajarkan akan menghasilkan seuatu yang bermakna bagi kehidupan mahasiswa.
Dosen yang berhasil mengetahui rahasia hidup tersebut,terus meyemai ilmu yang dia ketahui kepada setiap orang yang belajar.. Dengan terus memberi, doisen mendapat balasan yang berlipat ganda, dari satu dosen berkembang menjadi puluhan bahkan ratusan peserta didik memperoleh pengetahuan yang sama bahkan bias melebihi dan ini merupakan satu keberhasilan bagi seorang pengajar.. Allah berfirman dalam Surat Al Zalzalah 99:7-8
"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya dan barangsiapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, dia akan melihat balasannya"
dan dalam Surat Ar-Rahman 55:60-61
"Tiadalah balasan kebaikan, melainkan kebaikan pula, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan".
Juga dalam Surat Al Baqarah 2:261
"Perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai itu berisi seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui".
Apabila ayat ini dimaknai oleh semua dosen saya yakin semakin lama Indonesia semakin banyak memliki SDM yang berkualitas melalui proses pendidikan
Kebiasaan Keenam, Wujudkan Sinergi.
Bersinergi berarti keseluruhan lebih bernilai daripada jumlah bagian-bagiannya. Mengenai pentingnya bersinergi, Khalifah Umar bin Khattab pernah berujar bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas yaitu proaktif, mulai dengan akhir dalam pikiran, dahulukan yang utama, berpikir menang-menang dan berusaha mengerti lebih dulu baru dimengerti. Allah Swt mengingatkan agar kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan dalam berbuat dosa dan permusuhan (Al Maidah 5:2).
"Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya"
Kebiasaan Ketujuh, Mengasah Gergaji.
Rasulullah mengajarkan agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial/ emo- sional, dan spiritual kita ketika beliau bersabda: "Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu tersisa untuk mencari- cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esoknya lebih baik dari hari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit.".
Dalam proses pembelajaran hal ini perlu dibiasakan mengasah gergaji, berkenaan dengan upaya untuk selalu memperbaiki diri secara terus menerus pada empat nbidang dasar kehidupan : yaitu fisik, social / emosional, mental dan spiritual, dalam rangka meningkatkan kapasitas kita untuk menuju efektivitas.
Kebiasaan Kedelapan adalah Menyuarakan Suara Hati
Menemukan suara panggilan jiwa anda dan mengilhami orang lain, untuk menemukan kemerdekaan. Dalam proses pembelajaran, dosen berupaya untuk memuaskan peserta didik agar pada saatnya keluar menjadi pemenang, dalam arti kata sesudah menjadi output /lulusan mereka akan memiliki ilmu pengetahuan, dan mereka mampu bersaing untuk menjalani kehidupan yang lebih baik disbanding sebelum mereka memperoleh pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi harus mampu mengubah pekerja manual menjadi pekerja pengetahua. Output yang dihasilkan adalah orang yang mandiri dan punya kemandirian yang kokoh, sesuai dengan tujuan akhir pendidikan adalah menjadikan manusia yang utuh, baik dalam kompetensi maupun nurani. Surat Al Baqarah 2:143 berbunyi :
ﻮﻜﺫﻟﻚ ﺠﻌﻟﻨﻜﻡﺍﻤﺔ ﻮﺴﻄﺎﻟﺌﻜﻮﻨﻮﺍ ﺷﻬﺪﺁﺀﻋﻟﻰﺍﻟﻨﺎﺲ ﻮﻴﻛﻮﻦﺍﻟﺮﺴﻮﻝ ﻋﻟﻴﻜﻡ ﺸﻬﻴﺪ ( ١٤٣)
« Dan demikian ( pula ) Kami telah menjadikan kamu ( umat Islam ), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan agar Rasul ( Muhammad ) menjadi saksi atas ( perbuatan ) kamu ».
Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, setiap pengajar tidak boleh berpangku tangan, tetapi senantiasa harus berupaya untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan wawasan agar dapat mengikuti perubahan dan kebutuhan atau dengan kata lain para pengajar harus belajar sepanjang hayat, karena tidak mungkin seseorang bisa mengajar tanpa belajar, terlebih-lebih dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat tehadap lembaga pendidikan. Secara teori semakin tinggi tuntutan masyarakat, maka semakin besar pula tuntutan skill di bidang pembelajaran, khusus tugas seorang pengajar yang harus meningkatkan kemampuan peserta didiknya.
Kita tentunya sepakat apabila kualitas dan kuantitas pembelajaran pada suatu saat ingin sejajar dengan Negara yang sudah maju, maka satu hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa pengajar mulai di tingkat peguruan tinggi harus senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan dalam mengelola pembelajaran, terutama dengan sudah disahkannya undang-undang guru dan dosen maka para pengajar dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan peningkatan diri sangat penting dalam rangka menumbuh kembangkan profesionalisme, dan dengan sikap profesionalisme diharapkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan efektif dan efisien. Pembelajaean di Perguruan tinggi harus dikelola lebih profesional dalam rangka memuaskan pelanggan pendidikan..
Daftar Pustaka
Abin Syamsudin Makmun, ( 1996), Pengembangan Profesi dan Kinerja tenaga Kependidikan, PPS IKIP, Bandung.
--------------------------------------, (1996), Analisi Posisi Pembangunan Pendidikan , Depdikbud, Jakarta.
Ahmad Sanusi dan Rochman Natawijaya, ( 1991), Studi Pengembangan Model Pendidikan, IKIP Bandung.
Casteter B William (1996), The Human Reseach For Education Administration, A Simon & Schuter Company, New Jersey.
Cece Wijaya dan Tabrani Rus Yan (1994), Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Covey.Stephen R, 2005, THE 8 th HABIT, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta,.
Djauzak Ahmad (1994), Pedoman Pembinaan profesional Guru Sekolah Dasar, Dispendas, Depdikbud RI. Jakarta.
Hans Zen Z.A. Ph.D, http// www.. geocities.com/jip Sumbar.
Mintarsih Danumihardja, (1998), Pembinaan Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan Yang Dilakukan Oleh Guru Pamong, Thesis.
-------------------------------- (1995), Penguasaan Kompetensi Guru Komponen Materi pengajaran Dalam PBM, Peneletian FKIP Unswagati, Cirebon.
Rae Leslie, ( 1990) , Mengukur Efektivitas Pelatihan, Pustaka Burainas, Persindo, Jakarta.
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI 8 KEBIASAAN
Kata Kunci : Pembelajaran, Pembiasaan, Efektif dan Efisien
Belajar adalah kewajiban umat manusia yang pertama sesuai ayat ke 1 dalam
ﺇﻘﺮﺃ ﺑﺎﺴﻡ ﺮﺑﻚ ﺍﻟﺬﻯ ﺧﻟﻖ
“Bacalah“ Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan dengan kalam.
Pendidikan selain merupakan hak, juga merupakan kewajiban warganegara
Secara kuantitatif pendidikan di Indonesia sudah cukup memadai tetapi secara kualitatif belum banyak yang menyelenggarakan atau mengelola lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, walaupun ada beberapa penyelenggara pendidikan yang sudah berkualitas tetapi jumlahnya masih sangat sedikit, itupun hanya bisa dikuti oleh orang yang punya uang saja, karena merekalah yang mampu membayar sekolah atau perguruan tinggi yang berkualitas. Oleh karena itu sampai saat ini ditinjau dari segi kualitatif pendidikan masih merupakan masalah yang belum bisa diselesaikan.
Pendidikan tak mungkin lengkap membentuk manusia
Konsep pendidikan pancasila selain mencakup pelaksanaan pembelajaran di sekolah juga mencakup pendidikan luar sekolah, sebab pendidikan hanya akan berhasil bila tripusat pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah bersinergi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran dengan pembagian tugas yang proposional. Sistem pendidikan nasional kita perlu menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran dan memberi tempat kepada teknologi sistem instruksional. Sedangkan dalam peningkatan pendidikan, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dapat mengembangkan filsafafat pendidikan sebagai landasan proses pembelajaran agar pendidikan mampumenyiapkan warga negara yang baik yang dapat mendukung pembangunan di Indnesia.
Sistem instruksional menggunakan perspektif yang luas dalam menganalisis dan meningkatkan pendidikan dengan menerapkan konsep-konsep yang bersifat makro yang dipinjam dari ilmu ekonomi, sosiologi, dan teknologi perekayasaan (engineering).
Pokok-pokok Pengembangan Instruksional
Konsep Sistem dan Sistem Instruksional :
- Perlunya model pembelajaran ; Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia kita perlu meningkatkan relevansi pembelajaran dengan pertumbuhan kemampuan intelektual peserta didik sebagai bagian dari perkembangan kepribadian yang diinginkan, karena inilah yang menjadi dasar efektivitas dan efisiensi pendidikan. Semua orang tua dan seluruh masyarakat mengharapkan agar peserta didik dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa yang paling diharapkan ialah interaksi peserta didik sebagai individu dan kelompok dengan factor kurikulum. Selain dosen mengetahui bahwa faktor kurikulum, peserta didik banyak sekali berinteraksi dengan factor-faktor lain di lingkungan pendidikan seperti dosen dan sesama peserta didik terpengaruh pula oleh fasilitas dan perlengkapan yang ada, dimana semua ini menjembatani kegiatan peserta didik dengan pencapaian tujuan khusus pembelajaran.
- Sistem dan Pendidikan ; Ilmu pendidikan yang mencakup ilmu mengajar antara lain telah berkembang sebagai teknologi. Teknologi system instruksional yaitu ketrampilan khusus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan prinsip keilmuan kedalam pembelajaran dalam artian dosen meratakan jalan bagi timbulnya hasil belajar siswa dengan jalan menciptakan lingkungan yang diperlukan (di dalam ataupun di luar kelas).
- Teknologi ; Setiap teknologi mencakup penerapan hasil-hasil termasuk penerapan prinsip-prinsip sebagai ilmu. Teknologi juga menerapkan seni yang melampaui ilmu demi tercapainya hasil dan selesainya pekerjaan. Penerapan teknologi ke dalam pembelajaran berkombinasi dengan penerapan teori system sekaligus ke dalam pendidikan oleh dosen yang mengajar maupun siswa yang belajar. Apalagi sekarang sudah berkembang ICT ( Information, comunication and technolpgy) yang akan memberi sumbangan yang lebih baik pada proses pembelajaran selama individu yang terkait memanfaatkannya dengan baik.
Pada hakekatnya keberhasilan pendidikan merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentu saja berakibat kepada terjadinya percepatan komunikasi, dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, manusia telah terbiasa terhadap standar-standar tertentu dari para pengajar yang senantiasa menyampaikan informasi, ide, gagasan atau pesan-pesan yang berupa ilmu pengetahuan, dimana ianformasi itu tidak cukup ditranmisikan saja tetapi yang paling penting harus terjadi transformasi. Karena trasformasi inilah yang akan banyak mengubah terjadinya perubahan perilaku yang akan berdampak terhadap terjadinya perubahan kebiasaan.
Pada dasarnya dosen di perguruan tinggi mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi, oleh karena itu dosen dituntut mempunyai ketrampilan untuk melakukan presentasi secara baik, karena mengajar sangat erat kaitannya dengan presentasi tersebut. Mengajar pada dasarnya adalah menyampaikan ide-ide, gagasan, pendapat dan informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang dipegangnya, dengan harapan setiap pengajar memperoleh feed back atau umpan balik sebagai respon terhadap apa yang telah di informasikannya. Guru harus mengetahui apakah setelah terjadi proses pembelajaran terjadi perubahan perilaku atau tidak karena yang terpenting setiap terjadi proses pembelajaran harus menuju keperubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan, semua bidang menuntut hal serba efisien dan efektif. Maka kita sebagai pengajar hendaknya berusaha sedemikian rupa dan selalu mawas diri, apa yang harus kita perbaiki, apa yang harus diupayakan dan bagaimana cara mengupayakannya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan kua;litas dan kuantitas output pendidikan di Indonesia, agar output yang dihasilkan segera berubah menadi outcomes yang mampu diserap oleh stake holder atau pelanggan pendidikan atau pengguna jasa. Di samping itu diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu menghasilkan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, manusia seutuh yang bisa diartikan sebagai individu yang punya keseimbangan antara physical quotatient, Intellegence quotatient, Spiritual quotatient,dan Emotional quotatient atau juga keseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor.
Prinsip belajar adalah menumbuhkan kemampuan untuk ; learning to know, (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan) , learning to live together (belajar untuk hidup bersama) dan learning to be (belajar menjadi diri sendiri), jadi dengan belajar setiap individu mampu belajar mengetahui, untuk kemudian berbuat, belajar bekerja sama untuk menjadi dirinya sendiri. Dalam era globalisasi dan abad informasi setiap individu harus mampu menggunakan dan tahu di mana memperoleh informasi, belajar membedakan informasi yang baik dengan yang jelek dan belajar mengelola dan mengaplikasikan informasi sebagai pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mengajar dan belajar, yaitu disatu sisi guru mengembangkan nilai dan budi luhur mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secepatnya dan memperoleh kemudahan menyesuaikan diri dengan situasi kondisi dan tuntutan kerja, dipihak lain peserta didik berupaya menggali potensi yang tersedia pada diri masing-masing.
Guru pada abad sekarang tidak lagi merupakan pusat informasi tetapi harus berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar, dengan demikian cara mengajar yang baik adalah bagaimana memfasilitasi penyampaian informasi secara efektif kepada setiap peserta didik. Berubah perannya seorang pengajar dari pusat informasi menjadi fasilitator dan motivator menjadi sangat berarti karena pengajar harus mendorong setiap pesaerta didik dan memfasilitasi pembelajar menjadi lebih bermakna.
Bagaimana Memenej Kelas agar K B M berhasil
Proses belajar mengajar dalam kelas pada hakekatnya adalah bagaimana kita berkomunikasi di kelas dalam rangka menyampaikan ide, gagasan atau informasi yang berkaitan dengan bidang studi atau materi setiap pengajar. Dalam penggunaan cara berkomunikasi ini harus dipertimbangkan beberapa aspek yang menjadi penentu untuk mencapai tujuan komunikasi, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1). Penggunaan sarana yang tepat, 2) Manfaat informasi yang disampaikan, 3) Tingkat kebutuhan, 4) Pemberi informasi.
Penggunaan sarana dan prasarana yang tepat merupakan ketrampilan yang harus dipelajari oleh seorang pengajar, sebab sarana baik secara langsung atau tidak langsung akan turut membantu meningkatkan output yang dihasilkan.
Dalam proses belajar mengajar cara menyampaikan informasi dalam berkomunikasi mengalami banyak perkembangan, yaitu tidak hanya mendistribusikan informasi yang terpusat pada pengajar, melainkan sudah berubah kearah bagaimana informasi itu diterima dan dapat diterapkan sehingga dosen sebagai pemberi informasi harus dapat menjembati informasi dengan pihak yang membutuhkannya dan berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung diusahakan tidak hanya bersifat verbal tetapi dapat dikembangkan melalui komunikasi non verbal, sehingga makna yang didapat peserta didik terasa lebih berkesan.
Tingkat kebutuhan , agar proses belajar mengajar sampai ketujuan secara efektif dan efisien, seorang pengajar dalam berkomunikasi harus memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam menyampaikan informasi hendaknya diperhatikan kebutuhan secara keseluruhan, agar informasi yang disampaikan dirasakan manfaatnya secara optimal.
Pemberi informasi ; pengajar sebagai pemberi informasi tentu saja harus menguasai tehnik berbicara karena gaya bicara dalam menyampaikan informasi tentu saja akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik.
Selain apa yang sudah disebutkan ada lagi beberapa hal yang harus menjadi focus perhatian para pengajar agar kegiatan belajar peserta didik lebih berhasil lagi yaitu :
- Yang paling penting dan utama, ciptakan semangat kerja kelompok, kerja sama baik antara pengajar dan peserta didik ataupun kerja sama dengan unsur lainnya yang mendukung kegiatan belajar mengajar.
- Setiap peserta didik tanpa ragu-ragu harus memberikan kontribusi dengan memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima saat proses belajar mengajar berlangsung.
- Setiap peserta didik bukan hanya saja harus memperhatikan apa yang dinformasikan oleh pengajar, tetapi yang utama ialah menganalisa bahan yang diterima selama proses belajar mengajar berlangsung (Terjadi Transformasi).
- Kembangkan suasana yang sehat dan menyenangkan, sehingga setiap orang merasa nyaman dalam mengikuti atau ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.
Gaya Pengajar
Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya upaya meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, tidak terlepas dari prilaku dan gaya bicara seorang pengajar. Gaya bicara ini dapat dikaitkan dengan empat factor yang harus ada pada pengajar :
- Pengetahuan ( knowledge ) ; Penguasaan materi sesuai dengan pengetahuan yang akan ditransfer kepada peserta didik tentu saja menjadi prasarat untuk tampil di depan kelas, sebab salah satu tugas pengajar adalah melakukan transfer of knowledge. Oleh karena itu guru dan dosen harus selalu memotivasi diri untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan itu sesusai dengan perkembangan jaman, seuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, karena kita pahami bersama bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis.
- Ketulusan ( Sincerity ) ; pengajar baik guru atau dosen merupakan orang tua kedua bagi anak-anaknya oleh karena itu diperlukan ketulusan dalam membimbing setiap peserta didik, dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan prilaku pada setiap individu dengan semakin bertambahnya informasi yang didapat di sekolah. Ketulusan dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, karena secara tidak langsung pengajar akan bertanggungjawab terhadap materi yang disampaikan. Sehinga suasana KBM menjadi ajang pengembangan wawasan pengetahuan dan kemampuan, karena ketulusan sikap akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan menilai apakah pengajar juga mempercayai apa yang diucapkannya.
- Antusias ( Enthusiasm ) ; Dalam menjalankan tugas dan perannya seorang guru atau dosen perlu melakukan tugas dengan penuh antusias, antusiasme ini akan mempengaruhi susana atau lingkungan kelas, apabila guru atau dosen masuk kelas dengan penuh antusias akan membawa dampak terhadap situasi kelas dan berpengaruh terhadap situasi belajar. Seorang pengajar yang antusias akan selalu kelihatan semangat dalam melaksanakan tugas, gebira dan selalu berfikiran positf dalam mengelola KBM, sebagai tugas dan tanggungjawab sekali gus merupakan pekerjaan yang disenanginya. Sikap antusiasme ini harus tetap dipertahan dan tidak berubah menjadi super ego.
- Latihan ( Practice ) ; Latihan perlu dilakukan oleh guru, sebab latihan yang rutin dilaksanakan akan meningkatkan ketrampilan guru atau dosen mengajar, hal ini berhubungan dengan guru sebagai profesi bukan saja sekadar memberikan informai, tetapi baik guru atau dosen dituntut untuk trampil menyampaikan informas, untuk itulah setiap guru atau dosen perlu setiap saat melatih diri untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang KBM. Latihan ini penting dilakukan agar PBM selalu dapat ditingkatkan kualitasnya dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.Latihan ini bisa bersifat fisik maupun non fisik, dalam arti bahwa setiap pengajar harus mempunyai kondisi prima agar penampilannya disenangi oleh setiap peserta didik, sedangkan latihan non fisik yakni mengembangkan ketrampilan yang berkaitan dengan kegiatan belajar khusus yang berkaitan dengan pengetahuan yang yang akan ditransfer.
Perlu diingat bahwa pada kegiatan proses belajar mengajar ada tahap-tahap yang harus dilalui antara lain : 1. Pembukaan
2. Isi materi
3. Penutup
Ketiga tahapan yang harus dilalui mengandung arti setiap pengajar harus bisa membedakan
Untuk tahap pembuka suasana yang heterogin dari setiap peserta didik harus diarahkan pada suasana yang homogen, yaitu harus ada kesiapan untuk mengalihkan perhatian kepada kegiatan belajar mengajar. Kemudian memasuki tahapan pembahasan materi, pemberian informasi tentu saja dengan
Gaya Bicara Pada Saat KBM Berlangsung
Untuk mencapai tujuan belajar secara efisien dan efektif ada beberapa faktor atau gaya bicara yang harus diperhatikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain :
1. Bahasa yang jelas ( jangan bicara terlalu cepat ) karena ucapan yang dilakukan oleh setiap pengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar, bahasa yang teratur diharapkan akan membawa pengaruh positf terhadap output yang dihasilkan.
2. Tidak menggurui, gaya bicara yang menggurui cenderung tidak akan mendapat tanggapan atau umpan balik dari peserta didik.
3. Intonasi suara, gunakan intonasi suara pada waktu moment yang tepat
4. Ciptakan komunikasi multi arah. Usahakan agar pengajar dan peserta didik mempunyai kepentingan yang sama, sehingga akan berkesan pengajar memperhatikan kepentingan peserta didik
5. Bahasa tubuh, Sekali-kali gunakan gaya bicara dengan cara mengerakkan tubuh, karena hal ini akan menciptakan suasana KBM lebih hidup dan mengarahkan pembicaraan ke materi tanpa terjadi pembiasaan.
6. Keyakinan akan kemampuan, gaya bicara dengan penuh kemampuan yang dimiliki akan menunjukkan pembicara disenangi atau menjadi panutan peserta didik.
7. Pandangan, pandangan guru sebagai pembicara utama pada saat kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan , pandanglah setiap peserta didik dengan penuh keyakinan dan hal ini akan membantu keberhasilan KBM.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam KBM
Proses belajar yang efektif adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan KBM, seorang pengajar harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
- Berikan penjelasan yang singkat tetapi mudah dipahami, karena pada dasarnya daya tangkap seseorang tidak sama dan sangat terbatas. Penjelasan dengan mempergunakan kata-kata yang sederhana , sistimatis dan mudah diingat akan membantu peserta didik . Kita tentu semua sependapat daya ingat dan daya tangkap semua peserta didik berbeda, tetapi kita juga harus selalu ingat bahwa setiap peserta didik memerlukan pelayanan yang maksimal.
- Penampilan seorang pengajar akan memberikan citra tersendiri, cara berpakaian, cara berprilaku didepan kelas akan sangat membantu suksesnya kegiatan belajar mengajar.
- Suara seorang pengajar di dalam kelas akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebaiknya pengajar harus berbicara cukup keras agar didengar oleh seluruh peserta didik, dan hal ini menandakan bahwa pengajar cukup menguasai masalah yang sedang dibahas.
- Pada awal pembicaraan seorang pengajar hendaknya memulai pembicaraan dalam tempo yang lambat dan terang serta mempergunakan susunan kata yang mudah dimengerti.
- Istirahat sejenak agar peserta didik menyerap dan mencamkan apa saja yang baru diucapkan, karena kita yakin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada hal-hal yang sangat penting yang perlu di pahami oleh peserta didik.
- Seorang pengajar sebaiknya tidak berbicara secara monoton dan datar, agar peserta didik tidak bosan. Seorang pengajar harus memahami tinggi rendahnya suara dalam arti dia harus bisa mengendalikan tinggi rendahnya nada yang digunakan, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.
Unsur-unsur Pembelajaran
Untuk menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas dan mempunyai wawasan yang luas pembelajaran pada lembaga pendidikan dalam millenium ke-3 sudah seharusnya mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar antara lain :
1. Membangun Kepercayaan (Confidence), kepercayaan ini perlu dibangun oleh dosen dalam melakukan “Transfer of Knowledge” kepada mahasiswa, tetapi sebaiknya mahasiswa membangun image dengan cara mensinergikan 3 unsur dalam belajar yaitu fisik, intelektual dan emosional, sehingga proses pembelajaran akan memberi dampak kepada setiap individu ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah belajar. Dalam artian sesudah mengetahui teori/ konsep setiap individu akan bekerja melalu proses sesuai konsep sehingga dalam melakukan sesuatu tidak trial and error
2. Keingintahuan (Curioucity), bahwa setiap individu masuk yang ke dalam lingkup pendidikan formal menyadari masih banyak yang tidak diketahui, oleh karena itu setiap individu sadar diri dalam proses pembelajaran kegiatannya difokuskan untuk memenuhi rasa keingintahuan terhadap materi sesuai dengan bidang studi yang digelutinya.
3. Sadar Tujuan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran hendaknya sadar akan tujuan pendidikan, yaitu bagaimana berupaya untuk “mendewasakan diri” yang sanggup menjadi “Problem Solver”. Dan berupaya untuk menjadi manusia yang seutuhnya sesuai apa yang diamanatkan oleh UUD 1945.
4. Kendali Diri (Self Control). Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi diarahkan pada kegiatan membangun kendali diri artinya proses belajar disadari dalam upaya mengejar peningkatan kualitas diri. Oleh karena itu belajar tidak harus selalu dikendalikan oleh dosen, tetapi ada motivasi intrinsik datang dari diri setiap individu peserta didik untuk menerapkan belajar sepanjang hayat. Disadari bahwa izajah bukan tujuan akhir, karena ini hanya merupakan alat yang menjadi bukti telah berproses dalam pembelajaran, yang utama adalah bagai mana memiliki ilmu yang akan menjadi miliknya sepanjang hayat agar dapat menjadi investasi jangka panjang.
5. Kemampuan bekerja sama (work together) sebagaimana asas pembelajaran yang dikembangkan oleh Unesco yaitu “Learning to Live Together” kesadaran yang akan mendorong pada pentingnya kebersamaan, bahwa individu akan mencapai kemajuan karena kerja sama yang dibangun. Proses pembelajaran akan menjadi semakin indah kalau setiap peserta didik “sharing” dan ini akan terjadi pengayaan pengetahuan baik bagi pengajar maupun peserta didik, dalam pembelajaran dikembangkan bahwa setiap orang mampu memberi sumbangan informasi yang bermakna bagi setiap yang terlibat dalam pembelajaran.
6. Kemampuan Bergaul Harmonis (Relatedness). Suatu hal yang perlu dibangun dalam proses pembelajaran, setiap individu menempatkan diri sesuai posisi, sehingga akan terbangun suasana yang nyaman dalam proses pembelajaran..
Dengan dikembangkan 6 unsur dalam pembelajaran diharapkan output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan akan menjadi lulusan yang sujana, sesuai dengan harapan masyarakat, dan sesuai dengan perkembangan masyarakat yang menuntut layanan prima dari dunia pendidikan, salah satunya wujud nyata adalah output yang berkualitas,
Kebiasaan
Kalau bukunya Covey merupakan “ The best seller” karena menginformasikan ada 8 kebiasaan yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya, alangkah baiknya kalau 8 kebiasaan ini diangkat dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Karena saya yakin kedelapan kebiassan ini akan menjadikan output sekolah semakin mandiri. Adapun 8 kebiasaan yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey adalah :
Kebiasaan Pertama, Proaktif.
Proaktif bukan sekedar berinisiatif. Proaktif berarti suatu keyakinan bahwa apa pun yang kita peroleh dalam hidup merupakan akibat pilihan respons kita sendiri. Kebiasaan pertama merupakan kesadaran bahwa antara stimulus dan respons terdapat "freedom to choose". Allah berfirman dalam Surat Ar-Rad 13:11
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri".
Kebanyakan orang berpikir bahwa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang benar adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. Selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap situasi yang bagaimanapun negatifnya. Kemampuan untuk memilih respons seperti yang dikemukakan di atas, merupakan fungsi dari kemampuan kita memanfaatkan karunia Allah berupa Furqon (berupa Al Qur'an yang membedakan antara respons yang haq dan yang batil), "independent will" (kehendak merdeka), "self awareness" (kesadaran diri), conscience (kata hati) dan "imagination" (imajinasi). Dengan kata lain, kebiasaan proaktif menyatakan bahwa kitalah pemrogram kehidupan kita sendiri.
Kebiasaan Kedua, Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran.
Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting ketika Rasulullah Saw menyatakan "setiap perbuatan tergantung niatnya". Kebiasaan mulai dengan akhir dalam pikiran mengajarkan agar kita menuliskan programnya.
Kebiasaan Ketiga. Dahulukan Yang Harus Didahulukan.
Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan komitmen. Kebiasaan ketiga merupakan perwujudan dari kemerdekaan memilih hanya melakukan hal-hal penting yang telah ditentukan pada kebiasaan kedua. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Mu'minun 23:1-3
"Sungguh berhasil orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang sia-sia",
dan dalam surat Al-'Ashr 103:1-3
"Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran".
Juga dalam Surat Al Insyirah 94:7-8
"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.
Kebiasaan Keempat, Berpikir Menang-Menang.
Berpikir menang-menang berasal dari karakter yang dicirikan dengan kejujuran (menyesuaikan kata dengan perbuatan), integritas (menyesuaikan perbuatan dengan kata), kematangan (keseimbangan antara ketegasan dan toleransi), dan mentalitas kelimpahan (keyakinan bahwa karunia Allah tersedia tanpa batas bagi siapapun yang mengikuti sunnatullah atau "causality law").
Kebiasan Kelima, Berusaha Mengerti Lebih Dulu - Baru (minta) Dimengerti.
Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa "the secret of living is giving" (rahasia kehidupan adalah memberi). Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Dosen dalam proses pembelajaran tidak memikirkan apa yang akan dia peroleh setelah memberi pelajaran, tetapi justru selalu berfikir apa yang yang harus diajarkan akan menghasilkan seuatu yang bermakna bagi kehidupan mahasiswa.
Dosen yang berhasil mengetahui rahasia hidup tersebut,terus meyemai ilmu yang dia ketahui kepada setiap orang yang belajar.. Dengan terus memberi, doisen mendapat balasan yang berlipat ganda, dari satu dosen berkembang menjadi puluhan bahkan ratusan peserta didik memperoleh pengetahuan yang sama bahkan bias melebihi dan ini merupakan satu keberhasilan bagi seorang pengajar.. Allah berfirman dalam Surat Al Zalzalah 99:7-8
"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya dan barangsiapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, dia akan melihat balasannya"
dan dalam Surat Ar-Rahman 55:60-61
"Tiadalah balasan kebaikan, melainkan kebaikan pula, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan".
Juga dalam Surat Al Baqarah 2:261
"Perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai itu berisi seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui".
Apabila ayat ini dimaknai oleh semua dosen saya yakin semakin lama
Kebiasaan Keenam, Wujudkan Sinergi.
Bersinergi berarti keseluruhan lebih bernilai daripada jumlah bagian-bagiannya. Mengenai pentingnya bersinergi, Khalifah Umar bin Khattab pernah berujar bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki
"Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya"
Kebiasaan Ketujuh, Mengasah Gergaji.
Rasulullah mengajarkan agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial/ emo- sional, dan spiritual kita ketika beliau bersabda: "Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu tersisa untuk mencari- cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esoknya lebih baik dari hari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit.".
Dalam proses pembelajaran hal ini perlu dibiasakan mengasah gergaji, berkenaan dengan upaya untuk selalu memperbaiki diri secara terus menerus pada empat nbidang dasar kehidupan : yaitu fisik, social / emosional, mental dan spiritual, dalam rangka meningkatkan kapasitas kita untuk menuju efektivitas.
Kebiasaan Kedelapan adalah Menyuarakan Suara Hati
Menemukan suara panggilan jiwa anda dan mengilhami orang lain, untuk menemukan kemerdekaan. Dalam proses pembelajaran, dosen berupaya untuk memuaskan peserta didik agar pada saatnya keluar menjadi pemenang, dalam arti kata sesudah menjadi output /lulusan mereka akan memiliki ilmu pengetahuan, dan mereka mampu bersaing untuk menjalani kehidupan yang lebih baik disbanding sebelum mereka memperoleh pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi harus mampu mengubah pekerja manual menjadi pekerja pengetahua. Output yang dihasilkan adalah orang yang mandiri dan punya kemandirian yang kokoh, sesuai dengan tujuan akhir pendidikan adalah menjadikan manusia yang utuh, baik dalam kompetensi maupun nurani.
ﻮﻜﺫﻟﻚ ﺠﻌﻟﻨﻜﻡﺍﻤﺔ ﻮﺴﻄﺎﻟﺌﻜﻮﻨﻮﺍ ﺷﻬﺪﺁﺀﻋﻟﻰﺍﻟﻨﺎﺲ ﻮﻴﻛﻮﻦﺍﻟﺮﺴﻮﻝ ﻋﻟﻴﻜﻡ ﺸﻬﻴﺪ ( ١٤٣)
« Dan demikian ( pula ) Kami telah menjadikan kamu ( umat Islam ), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan agar Rasul ( Muhammad ) menjadi saksi atas ( perbuatan ) kamu ».
Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, setiap pengajar tidak boleh berpangku tangan, tetapi senantiasa harus berupaya untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan wawasan agar dapat mengikuti perubahan dan kebutuhan atau dengan kata lain para pengajar harus belajar sepanjang hayat, karena tidak mungkin seseorang bisa mengajar tanpa belajar, terlebih-lebih dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat tehadap lembaga pendidikan. Secara teori semakin tinggi tuntutan masyarakat, maka semakin besar pula tuntutan skill di bidang pembelajaran, khusus tugas seorang pengajar yang harus meningkatkan kemampuan peserta didiknya.
Kita tentunya sepakat apabila kualitas dan kuantitas pembelajaran pada suatu saat ingin sejajar dengan Negara yang sudah maju, maka satu hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa pengajar mulai di tingkat peguruan tinggi harus senantiasa
Daftar Pustaka
Abin Syamsudin Makmun, ( 1996), Pengembangan Profesi dan Kinerja tenaga Kependidikan, PPS IKIP,
--------------------------------------, (1996), Analisi Posisi Pembangunan Pendidikan , Depdikbud, Jakarta.
Ahmad Sanusi dan Rochman Natawijaya, ( 1991), Studi Pengembangan Model Pendidikan, IKIP Bandung.
Casteter B William (1996), The Human Reseach For Education Administration, A Simon & Schuter Company,
Cece Wijaya dan Tabrani Rus Yan (1994), Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya,
Covey.Stephen R, 2005, THE 8 th HABIT, PT. Gramedia Pustaka,
Djauzak Ahmad (1994), Pedoman Pembinaan profesional Guru Sekolah Dasar, Dispendas,
Hans Zen Z.A. Ph.D, http// www.. geocities.com/jip Sumbar.
Mintarsih Danumihardja, (1998), Pembinaan Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan Yang Dilakukan Oleh Guru Pamong, Thesis.
-------------------------------- (1995), Penguasaan Kompetensi Guru Komponen Materi pengajaran Dalam PBM, Peneletian FKIP Unswagati,
Rae Leslie, ( 1990) , Mengukur Efektivitas Pelatihan, Pustaka Burainas, Persindo,