Sabtu, 07 Juni 2008

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Abstraksi

Keberhasilan proses pembelajaran pada satu lembaga pendidikan pada dasarnya terletak pada jalinan komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu kedua belah pihak hendaknya menyadari perilaku yang bagaimana yang harus diperankan oleh masing-masing pihak agar proses belajar mengajar menghasilkan kualitas yang baik. Sebab tujuan pendidikan dan khususnya tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien apabila dalam kegiatan pembelajaran itu terdapat komunikasi yang harmonis. Guru atau dosen sebagai komunikator, sebagai demonstrator dan sebagai fasilitator harus mampu menampilkan ketrampilan dalam menyampaikan informasi, gagasan, materi pembelajaran agar mudah dipahami oleh peserta didik sebagai kominiket.

Kata Kunci : Guru atau dosen, komunikasi, kualitas pembelajaran.

Pendahuluan

Pendidikan selain merupakan hak, juga merupakan kewajiban warganegara Indonesia. Pendidikan diwajibkan negara, karena diyakini bahwa hanya dengan pendidikan yang merata dan bermutu, dan hanya melalui pendidikan kita akan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa yang merdeka dan berdaulat ( undang-undang dasar 1945 ) Secara kuantitatif pendidikan di Indonesia sudah cukup memadai tetapi secara kualitatif belum banyak yang menyelenggarakan atau mengelola lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, walaupun ada beberapa penyelenggara pendidikan yang sudah berkualitas tetapi jumlahnya masih sangat sedikit, itupun hanya bisa dikuti oleh orang yang punya uang saja, karena merekalah yang mampu membayar sekolah atau perguruan tinggi yang berkualitas. Oleh karena itu sampai saat ini ditinjau dari segi kualitatif pendidikan masih merupakan masalah yang belum bisa diselesaikan.

Pendidikan tak mungkin lengkap membentuk manusia Indonesia seutuhnya apabila tidak ada kerja sama yang baik antara pendidikan mikro/individual dan pendidikan makro/kelompok (Pendidikan mikro dan makro harus saling melengkapi).

Konsep pendidikan pancasila selain mencakup pelaksanaan pembelajaran di sekolah juga mencakup pendidikan luar sekolah, sebab pendidikan hanya akan berhasil bila tripusat pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah bersinergi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran dengan pembagian tugas yang proposional. Sistem pendidikan nasional kita perlu menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran dan memberi tempat kepada teknologi sistem instruksional. Sedangkan dalam peningkatan pendidikan, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dapat mengembangkan filsafafat pendidikan sebagai landasan proses pembelajaran agar pendidikan mampumenyiapkan warga negara yang baik yang dapat mendukung pembangunan di Indnesia.

Sistem instruksional menggunakan perspektif yang luas dalam menganalisis dan meningkatkan pendidikan dengan menerapkan konsep-konsep yang bersifat makro yang dipinjam dari ilmu ekonomi, sosiologi, dan teknologi perekayasaan (engineering).

Pokok-pokok Pengembangan Instruksional dalam Pendidikan di Sekolah

Konsep Sistem dan Sistem Instruksional :

  1. Perlunya model pembelajaran ; Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia kita perlu meningkatkan relevansi pembelajaran dengan pertumbuhan kemampuan intelektual peserta didik sebagai bagian dari perkembangan kepribadian yang diinginkan, karena inilah yang menjadi dasar efektivitas dan efisiensi pendidikan. Semua orang tua dan seluruh masyarakat mengharapkan agar peserta didik di sekolah dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa yang paling diharapkan ialah interaksi peserta didik sebagai individu dan kelompok dengan factor kurikulum. Selain guru mengetahui bahwa faktor kurikulum di sekolah, peserta didik banyak sekali berinteraksi dengan factor-faktor lain dari sekolah seperti guru dan sesama peserta didik terpengaruh pula oleh fasilitas dan perlengkapan yang ada, dimana semua ini menjembatani kegiatan peserta didik dengan pencapaian tujuan khusus pembelajaran.
  2. Sistem dan Pendidikan ; Ilmu pendidikan yang mencakup ilmu mengajar antara lain telah berkembang sebagai teknologi. Teknologi system instruksional yaitu ketrampilan khusus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan prinsip keilmuan kedalam pembelajaran dalam artian guru meratakan jalan bagi timbulnya hasil belajar siswa dengan jalan menciptakan lingkungan yang diperlukan (di dalam ataupun di luar kelas).
  3. Teknologi ; Setiap teknologi mencakup penerapan hasil-hasil termasuk penerapan prinsip-prinsip sebagai ilmu. Teknologi juga menerapkan seni yang melampaui ilmu demi tercapainya hasil dan selesainya pekerjaan. Penerapan teknologi ke dalam pembelajaran berkombinasi dengan penerapan teori system sekaligus ke dalam pendidikan oleh guru yang mengajar maupun siswa yang belajar.

Pada hakekatnya keberhasilan pendidikan merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentu saja berakibat kepada terjadinya percepatan komunikasi, dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, manusia telah terbiasa terhadap standar-standar tertentu dari para pengajar yang senantiasa menyampaikan informasi, ide, gagasan atau pesan-pesan yang berupa ilmu pengetahuan, dimana ianformasi itu tidak cukup ditranmisikan saja tetapi yang paling penting harus terjadi transformasi.

Pada dasarnya baik guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi, oleh karena itu baik guru maupun dosen dituntut mempunyai ketrampilan untuk melakukan presentasi secara baik, karena mengajar sangat erat kaitannya dengan presentasi tersebut. Mengajar pada dasarnya adalah menyampaikan ide-ide, gagasan, pendapat dan informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang dipegangnya, dengan harapan setiap pengajar memperoleh feed back atau umpan balik sebagai respon terhadap apa yang telah di informasikannya. Guru atau dosen harus mengetahui apakah setelah terjadi proses pembelajaran terjadi perubahan perilaku atau tidak karena yang terpenting setiap terjadi proses pembelajaran harus menuju keperubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.

Dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan, semua bidang menuntut hal serba efisien dan efektif. Maka kita sebagai pengajar hendaknya berusaha sedemikian rupa dan selalu mawas diri, apa yang harus kita perbaiki, apa yang harus diupayakan dan bagaimana cara mengupayakannya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan kua;litas dan kuantitas output pendidikan di Indonesia, agar output yang dihasilkan segera berubah menadi outcomes yang mampu diserap oleh stake holder atau pelanggan pendidikan atau pengguna jasa. Di samping itu diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu menghasilkan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, manusia seutuh yang bisa diartikan sebagai individu yang punya keseimbangan antara physical quotatient, Intellegence quotatient, Spiritual quotatient,dan Emotional quotatient atau juga keseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor.

Prinsip belajar adalah menumbuhkan kemampuan untuk ; learning to know, (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan) , learning to live together (belajar untuk hidup bersama) dan learning to be (belajar menjadi diri sendiri), jadi dengan belajar setiap individu mampu belajar mengetahui, untuk kemudian berbuat, belajar bekerja sama untuk menjadi dirinya sendiri. Dalam era globalisasi dan abad informasi setiap individu harus mampu menggunakan dan tahu di mana memperoleh informasi, belajar membedakan informasi yang baik dengan yang jelek dan belajar mengelola dan mengaplikasikan informasi sebagai pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mengajar dan belajar, yaitu disatu sisi guru mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secepatnya dan memperoleh kemudahan menyesuaikan diri dengan situasi kondisi dan tuntutan kerja, dipihak lain peserta didik berupaya menggali potensi yang tersedia pada diri masing-masing.

Guru pada abad sekarang tidak lagi merupakan pusat informasi tetapi harus berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar, dengan demikian cara mengajar yang baik adalah bagaimana menyampaikan informasi secara efektif kepada setiap peserta didik.

Bagaimana agar P B M berhasil

Proses belajar mengajar dalam kelas pada hakekatnya adalah bagaimana kita berkomunikasi di kelas dalam rangka menyampaikan ide, gagasan atau informasi yang berkaitan dengan bidang studi atau materi setiap pengajar. Dalam penggunaan cara berkomunikasi ini harus dipertimbangkan beberapa aspek yang menjadi penentu untuk mencapai tujuan komunikasi, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1). Penggunaan sarana yang tepat, 2) Manfaat informasi yang disampaikan, 3) Tingkat kebutuhan, 4) Pemberi informasi.

Penggunaan sarana dan prasarana yang tepat merupakan ketrampilan yang harus dipelajari oleh seorang pengajar, sebab sarana baik secara langsung atau tidak langsung akan turut membantu meningkatkan output yang dihasilkan.

Dalam proses belajar mengajar cara menyampaikan informasi dalam berkomunikasi mengalami banyak perkembangan, yaitu tidak hanya mendistribusikan informasi yang terpusat pada pengajar, melainkan sudah berubah kearah bagaimana informasi itu diterima dan dapat diterapkan sehingga guru atau dosen sebagai pemberi informasi harus dapat menjembati informasi dengan pihak yang membutuhkannya dan berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung diusahakan tidak hanya bersifat verbal tetapi dapat dikembangkan melalui komunikasi non verbal, sehingga makna yang didapat peserta didik terasa lebih berkesan.

Tingkat kebutuhan , agar proses belajar mengajar sampai ketujuan secara efektif dan efisien, seorang pengajar dalam berkomunikasi harus memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam menyampaikan informasi hendaknya diperhatikan kebutuhan secara keseluruhan, agar informasi yang disampaikan dirasakan manfaatnya secara optimal.

Pemberi informasi ; pengajar sebagai pemberi informasi tentu saja harus menguasai tehnik berbicara karena gaya bicara dalam menyampaikan informasi tentu saja akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik.

Selain apa yang sudah disebutkan ada lagi beberapa hal yang harus menjadi focus perhatian para pengajar agar kegiatan belajar peserta didik lebih berhasil lagi yaitu :

  1. Yang paling penting dan utama, ciptakan semangat kerja kelompok, kerja sama baik antara pengajar dan peserta didik ataupun kerja sama dengan unsur lainnya yang mendukung kegiatan belajar mengajar.
  2. Setiap peserta didik tanpa ragu-ragu harus memberikan kontribusi dengan memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima saat proses belajar mengajar berlangsung.
  3. Setiap peserta didik bukan hanya saja harus memperhatikan apa yang dinformasikan oleh pengajar, tetapi yang utama ialah menganalisa bahan yang diterima selama proses belajar mengajar berlangsung.
  4. Kembangkan suasana yang sehat dan menyenangkan, sehingga setiap orang merasa nyaman dalam mengikuti atau ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.

Gaya Pengajar

Salah satu fakor yang menentukan berhasilnya upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, tidak terlepas dari prilaku dan gaya bicara seorang pengajar. Gaya bicara ini dapat dikaitkan dengan empat factor yang harus ada pada pengajar yaitu :

  1. Pengetahuan ( knowledge ) ; Penguasaan materi sesuai dengan pengetahuan yang akan ditransfer kepada peserta didik tentu saja menjadi prasarat untuk tampil di depan kelas, sebab salah satu tugas pengajar adalah melakukan transfer of knowledge. Oleh karena itu guru dan dosen harus selalu memotivasi diri untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan itu sesusai dengan perkembangan jaman, seuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, karena kita pahami bersama bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis.
  2. Ketulusan ( Sincerity ) ; pengajar baik guru atau dosen merupakan orang tua kedua bagi anak-anaknya oleh karena itu diperlukan ketulusan dalam membimbing setiap peserta didik, dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan prilaku pada setiap individu dengan semakin bertambahnya informasi yang didapat di sekolah. Ketulusan dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, karena secara tidak langsung pengajar akan bertanggungjawab terhadap materi yang disampaikan. Sehinga suasana PBM menjadi ajang pengembangan wawasan pengetahuan dan kemampuan, karena ketulusan sikap akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan membantu pendidik di dalam penyampaian materi, karena peserta didik juga akan menilai apakah pengajar juga mempercayai apa yang diucapkannya.
  3. Antusias ( Enthusiasm ) ; Dalam menjalankan tugas dan perannya seorang guru atau dosen perlu melakukan tugas dengan penuh antusias, antusiasme ini akan mempengaruhi susana atau lingkungan kelas, apabila guru atau dosen masuk kelas dengan penuh antusias akan membawa dampak terhadap situasi kelas dan berpengaruh terhadap situasi belajar. Seorang pengajar yang antusias akan selalu kelihatan semangat dalam melaksanakan tugas, gebira dan selalu berfikiran positf dalam mengelola PBM, sebagai tugas dan tanggungjawab sekali gus merupakan pekerjaan yang disenanginya. Sikap antusiasme ini harus tetap dipertahan dan tidak berubah menjadi super ego.
  4. Latihan ( Practice ) ; Latihan perlu dilakukan oleh guru, sebab latihan yang rutin dilaksanakan akan meningkatkan ketrampilan guru atau dosen mengajar, hal ini berhubungan dengan guru sebagai profesi bukan saja sekadar memberikan informai, tetapi baik guru atau dosen dituntut untuk trampil menyampaikan informas, untuk itulah setiap guru atau dosen perlu setiap saat melatih diri untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang KBM. Latihan ini penting dilakukan agar PBM selalu dapat ditingkatkan kualitasnya dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.Latihan ini bisa bersifat fisik maupun non fisik, dalam arti bahwa setiap pengajar harus mempunyai kondisi prima agar penampilannya disenangi oleh setiap peserta didik, sedangkan latihan non fisik yakni mengembangkan ketrampilan yang berkaitan dengan kegiatan belajar khusus yang berkaitan dengan pengetahuan yang yang akan ditransfer.

Perlu diingat bahwa pada kegiatan proses belajar mengajar ada tahap-tahap yang harus dilalui antara lain :

  1. Pembukaan
  2. Isi materi
  3. Penutup

Ketiga tahapan yang harus dilalui mengandung arti setiap pengajar harus bisa membedakan gaya bicara yang harus ditampilkan pada setiap tahapan tesebut.

Untuk tahap pembuka suasana yang heterogin dari setiap peserta didik harus diarahkan pada suasana yang homogen, yaitu harus ada kesiapan untuk mengalihkan perhatian kepada kegiatan belajar mengajar. Kemudian memasuki tahapan pembahasan materi, pemberian informasi tentu saja dengan gaya yang lebih serius, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ilmiah agar informasi dicerna oleh mahasiswa secara baik dan benar. Terakhir kembali peserta didik diarahkan pada akhir kegiatan dan pembicara kembali sedikit santai dalam berkomunikasi, tetapi walau bagaimana pada penutupan PBM tentu saja yang terpenting adalah memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik. Karena hanya dengan memperoleh umpan balik, para pengajar akan mengetahui apakah tujuan instruksional sudah tercapai atau belum, melaui umpan balik pengajar mampu mengetahui kendala apa yang ada di balik kegiatan mengajar belajar apabila tujuan tidak tercapai.

Gaya Bicara Pada Saat PBM Berlangsung

Untuk mencapai tujuan belajar secara efisien dan efektif ada beberapa factor atau gaya bicara yang harus diperhatikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain :

  1. Bahasa yang jelas ( jangan bicara terlalu cepat ) karena ucapan yang dilakukan oleh setiap pengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar, bahasa yang teratur diharapkan akan membawa pengaruh positf terhadap output yang dihasilkan.
  2. Tidak menggurui, gaya bicara yang menggurui cenderung tidak akan mendapat tanggapan atau umpan balik dari peserta didik.
  3. Intonasi suara, gunakan intonasi suara pada waktu moment yang tepat
  4. Ciptakan komunikasi multi arah. Usahakan agar pengajar dan peserta didik mempunyai kepentingan yang sama, sehingga akan berkesan pengajar memperhatikan kepentingan peserta didik
  5. Bahasa tubuh, Sekali-kali gunakan gaya bicara dengan cara mengerakkan tubuh, karena hal ini akan menciptakan suasana KBM lebih hidup dan mengarahkan pembicaraan ke materi tanpa terjadi pembiasan.
  6. Keyakinan akan kemampuan, gaya bicara dengan penuh kemampuan yang dimiliki akan menunjukkan pembicara disenangi atau menjadi panutan peserta didik.
  7. Pandangan, pandangan guru sebagai pembicara utama pada saat kegiatan belajar mengajar akan sangat menentukan , pandanglah setiap peserta didik dengan penuh keyakinan dan hal ini akan membantu keberhasilan KBM.

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Seorang Pengajar

Proses belajar yang efektif adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan KBM, seorang pengajar harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

  1. Berikan penjelasan yang singkat tetapi mudah dipahami, karena pada dasarnya daya tangkap seseorang tidak sama dan sangat terbatas. Penjelasan dengan mempergunakan kata-kata yang sederhana , sistimatis dan mudah diingat akan membantu peserta didik . Kita tentu semua sependapat daya ingat dan daya tangkap semua peserta didik berbeda, tetapi kita juga harus selalu ingat bahwa setiap peserta didik memerlukan pelayanan yang maksimal.
  2. Penampilan seorang pengajar akan memberikan citra tersendiri, cara berpakaian, cara berprilaku didepan kelas akan sangat membantu suksesnya kegiatan belajar mengajar.
  3. Suara seorang pengajar di dalam kelas akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebaiknya pengajar harus berbicara cukup keras agar didengar oleh seluruh peserta didik, dan hal ini menandakan bahwa pengajar cukup menguasai masalah yang sedang dibahas.
  4. Pada awal pembicaraan seorang pengajar hendaknya memulai pembicaraan dalam tempo yang lambat dan terang serta mempergunakan susunan kata yang mudah dimengerti.
  5. Istirahat sejenak agar peserta didik menyerap dan mencamkan apa saja yang baru diucapkan, karena kita yakin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada hal-hal yang sangat penting yang perlu di pahami oleh peserta didik.
  6. Seorang pengajar sebaiknya tidak berbicara secara monoton dan datar, agar peserta didik tidak bosan. Seorang pengajar harus memahami tinggi rendahnya suara dalam arti dia harus bisa mengendalikan tinggi rendahnya nada yang digunakan, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.

Kesimpulan

Dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, setiap pengajar tidak boleh berpangku tangan, tetapi senantias harus berupaya untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan wawasan agar dapat mengikuti perubahan dan kebutuhan atau dengan kata lain para pengajar harus belajar sepanjang hayat, karena tidak mungkin seseorang bisa mengajar tanpa belajar, terlebih-lebih dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat tehadap lembaga pendidikan. Secara teori semakin tinggi tuntutan masyarakat, maka semakin besar pula tuntutan skill di bidang pembelajaran, khusus tugas seorang pengajar yang harus meningkatkan kemampuan peserta didiknya.

Kita tentunya sepakat apabila kualitas dan kuantitas pembelajaran pada suatu saat ingin sejajar dengan Negara yang sudah maju, maka satu hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa pengajar mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, sampai kejenjang peguruan tinggi harus senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan dalam mengelola pembelajaran, terutama dengan sudah disahkannya undang-undang guru dan dosen maka para pengajar dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan peningkatan diri sangat penting dalam rangka menumbuh kembangkan profesionalisme, dan dengan sikap profesionalisme diharapkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan efektif dan efisien.

Daftar Pustaka

Abin Syamsudin Makmun, ( 1996), Pengembangan Profesi dan Kinerja tenaga Kependidikan, PPS IKIP, Bandung.

--------------------------------------, (1996), Analisi Posisi Pembangunan Pendidikan , Depdikbud, Jakarta.

Ahmad Sanusi dan Rochman Natawijaya, ( 1991), Studi Pengembangan Model Pendidikan, IKIP Bandung.

Casteter B William (1996), The Human Reseach For Education Administration, A Simon & Schuter Company, New Jersey.

Cece Wijaya dan Tabrani Rus Yan (1994), Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Djauzak Ahmad (1994), Pedoman Pembinaan profesional Guru Sekolah Dasar, Dispendas, Depdikbud RI. Jakarta.

Mintarsih Danumihardja, (1998), Pembinaan Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan Yang Dilakukan Oleh Guru Pamong, Thesis.

-------------------------------- (1995), Penguasaan Kompetensi Guru Komponen Materi pengajaran Dalam PBM, Peneletian FKIP Unswagati, Cirebon.

Rae Leslie, ( 1990) , Mengukur Efektivitas Pelatihan, Pustaka Burainas, Persindo, Jakarta

Studi Keterkaitan Antara Level Biaya Dan Mutu Lulusan

ABSTRACT

The research aimed at gaining a description of “ Financial Management In Some State and Private Secondary School In Cirebon” (The Study of Cost Level With The Quality Of Graduate).To understand the financial system as stated above we use descriptive research approach, which is considered relevant with the assumption that the school situation is pluralistic, formed by heterogeneous behavior.. For this purpose we take twelve schools as a sample The result of the research shows us that : (1) In arranging the budget, the had master of secondary school tends to unification because; (2) In the state secondary school budget replacement still occurs. The replacement is cause by the condition where the fund is not enough to finance is important activity, and than the fund which has not been used is taken. ; (3) Sufficient fund have positive impact on all school activities and the quality of graduates ; (4) Control is conducted only on the level of administrative condition which is suitable evaluation does not touch of effort efficiently.


Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara “. (UUSPN no 20 tahun 2003 pasal 1, ayat 1). Pada sumber yang lain dikemukakan pendidikan di pandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi, melalui peningkatan produktivitas kerja tenaga terdidik (Harbinson dan Myers, 1964) hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yang tertuang dalam UUSPN, yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia sebagai upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien sekolah ditunjang oleh dua faktor yaitu faktor internal yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah dan faktor eksternal yaitu faktor masyarakat yang merupakan konsumen yang turut menentukan keberhasilan suatu pendidikan.

Efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pendidikan juga ditentukan oleh manajemen pemanfaatan dana. Upaya peningkatan mutu dalam pengelolaan sekolah di perlukan dukungan biaya yang memadai. Tersedianya biaya tetapi tidak di kelola secara efektif dan efisien tidak menjamin meningkatkan mutu yang di harapkan. Nanang Fattah (2000:90) mengemukakan upaya peningkatan mutu perluasan pendidikan membutuhkan sekurang-kurangnya tiga faktor utama yaitu: (1) Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar (2) Mutu proses belajar mengajar yang dapat mendorong siswa belajar efektif dan (3) Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Kecukupan sumber, mutu PBM dan mutu keluaran akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang di butuhkan tersedia dan biaya tersebut di kelola secara profesional.

UUD 1945 Bab VIII pasal 33 dan UUSPN no 20 tahun 2003, mengisyaratkan bahwa biaya pendidikan di bebankan kepada pemerintah, masyarakat dan orangtua. Hal ini mengandung konsekwensi untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan mengimplementasikan fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia perlu biaya yang cukup. Untuk itu pemerintah masyarakat dan orangtua secara bersama-sama turut bertanggung jawab membiayai pendidikan, karena kualitas yang di harapkan tidak mungkin bisa di wujudkan tanpa adanya dukungan dana yang cukup.

Ingemar dan Saha (1983:3) mengutip pendapat Schullz (1980) Pendidikan memberi kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, dan pendidikan memberi kontribusi terhadap pencapaian kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu lembaga pendidikan merupakan lembaga yang dapat mengubah masyarakat baik secara pribadi maupun secara sosial, maka penentuan biaya dan anggaran penyelenggaraan suatu sekolah baik negeri maupun swasta haruslah di dasarkan pada kebutuhan riil sekolah. Dana yang sudah ada agar bisa mencapai sasaran memerlukan manajemen yang profesional, Kepala Sekolah sebagai pimpinan juga bertindak sebagai manager keuangan oleh karena itu ia harus punya kemampuan bagaimana mengelola keuangan sekolah yang baik.

Visi pendidikan Kota Cirebon yaitu : “Warga masyarakat gemar belajar, ber IMTAQ, berbudaya berketrampilan, kreatif dan produktif, berbudi luhur, sehat jasmani dan rohani dalam rangka mewujudkan Kota Cirebon sebagai Kota Pendidikan dan Kota Wali sepanjang masa”.

Untuk mewujudkan visi yang di jabarkan kepada misi pemerintah daerah harus bekerjasama dengan lembaga terkait, yaitu Dinas Pendidikan Nasional Kota Cirebon dan Sekolah, juga masyarakat, bagaimana kerja sama bisa di bangun untuk menjabarkan visi kedalam misi untuk mewujudkan visi di masa mendatang. Visi harus memberikan arah pada kegiatan sekolah. Kegiatan sekolah bisa di wujudkan apabila di tunjang oleh biaya yang cukup, untuk itu apa usaha pemerintah daerah agar anggaran pendidikan yang di perlukan bisa dipenuhi, dilain pihak bagaimana Kepala Sekolah menyusun strategi anggaran sekolah agar kegiatan sekolah bisa di wujudkan.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang diuraikan terdahulu, maka masalah penelitian di tetapkan sebagai berikut:

(1) Bagaimana strategi perencanaan keuangan dalam penyusunan RAPBS dan strategi pencarian dana untuk memenuhi kebutuhan sumber keuangan di SMP Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

(2) Bagaimana mekanisme penggunaan biaya pendidikan di SLTP Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

(3) Bagaimana dampak pembiayaan sekolah terhadap mutu lulusan SMP di Kota Cirebon.

(4) Bagaimana pelaksanaan pengawasan dan evaluasi terhadap penggunaan keuangan SMP Negeri dan Swasta di Kota Cirebon.

Dari keseluruhan masalah yang di identifikasi di atas, maka pokok permasalahannya dapat di fokuskan pada masalah penelitian yaitu “Manajemen Keuangan Sekolah Pada SMP Negeri dan Swasta Di Kota Cirebon” (Studi Keterkaitan Level Biaya dengan Mutu Lulusan).

Untuk menentukan arah yang jelas penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi dari responden secara obyektif, bagaimana manajemen keuangan sekolah pada SMP Negeri dan SMP Swasta yang berada di Kota Cirebon, serta mengetahui bagai mana keterkaitan antara level biaya dengan mutu lulusan.

Metode Peneletian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, meskipun uraiannya mengandung deskripsi, tetapi sebagai peneletian rasionalnya fokusnya terletak pada pembahasan keterkaitan antara level biaya dengan mutu lulusan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan angket, wawancara, observasi lapangan dan studi dokumentasi yang dilakukan pada SMP di Kota Cirebon.Penentuan sampel dilakukan melaui purposive sampel, karena sampel ini dianggap dapat mewakili populasi yang diteliti., berdasarkan informasi dari K3 S diperoleh informasi peringkat SMP Negeri dan swasta, maka ditentukan 6 SMP yang mewakili SMP Negeri dan 6 SMP swasta. Sumber data terdiri dari Kepala Sekolah, bendahara sekolah, orang tua murid, dan pengurus komite sekolah.

Uji validitas peneletian dilakukan melalui ; 1) Kredibilitas, untuk mengecek kebenaran data, 2) Transferbilitas, untuk mengetahui sejauh mana peneletian dapat diaplikasikan, 3) Dependibilitas, untuk mengetahui apakah proses yang dilakukan bersifat profesional, 4) Konfirmabilitasuntuk menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep sumber data.

Hasil Penelitian.

Setiap SMP Negeri menunjukkan bahwa masing-masing sekolah mempunyai kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang. Namun hal ini belum di manfaatkan secara maksimal oleh Kepala Sekolah dalam penyusunan RAPBS walaupun sekarang sudah diterapkan Manajemen Berbasis Sekolah, dengan adanya dana BOS yang diturunkan oleh pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah menyebabkan sekolah menyusun RAPBS. BOS seolah olah mengharuskan RAPBS disusun secara seragam berdasarkan juklak yang sudah ada. Pada umumnya Kepala Sekolah terfokus pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang ada. Sehingga RAPBS di Sekolah Negeri cenderung seragam. Sedang di Sekolah Swasta yang berperan aktif adalah Yayasan, Kepala Sekolah sebagai pelaksana saja. Dalam menyusun anggaran hanya sebagian kecil saja yang terlibat yaitu Kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, bendahara dan kepala tata usaha, Sekolah Swasta seluruh kegiatan sekolah ditanggung oleh yayasan.

Relisasi Anggaran.Pada SLTP Negeri sebagian besar anggaran dari pemerintah, biaya pendidikan yang berasal dari pemerintah untuk tiap sekolah besarnya sudah standar. Sekolah Negeri yang didukung oleh dana Komite Sekolah yang cukup besar lebih leluasa dalam melakukan kegiatan sekolah baik intra kurikulum maupun ekstra kurikulum. Sekolah yang didukung oleh dana ang berasal dari orang tua yang cukup besar cenderung mempunyai lingkungan, sarana dan prasarana yang lebih baik di banding dengan sekolah yang dananya kurang..

Dana pendidikan yang cukup, baik pada Sekolah Negeri maupun pada Sekolah Swasta cenderung memberikan layanan KBM yang lebih baik, karena sarana dan prasarana yang tersedia di Sekolah memungkinkan terselenggaranya KBM secara profesional, baik untuk kerja guru, jam mengajar, juga fasilitas yang tersedia. Biaya yang cukup memberikan dampak positif baik terhadap peningkatan personil, peningkatan kesejahteraan personil, sarana dan prasarana, sehingga dapat meningkatkan pelayanan mengajar di Sekolah. Kegiatan belajar merupakan suatu proses yang harus di lakukakan dengan melibatkan berbagai indikator. Indikator yang menunjang kegiatan belajar mengajar tentu saja perlu di dukung oleh dana yang cukup, karena pelaksanaan KBM di Sekolah secara langsung berdampak kepada mutu lulusan setiap sekolah.

Keterkaitan level biaya dengan mutu lulusan (indikator yang dipergunakan selama ini masih sebatas Nilai Evaluasi Murni). Sekolah Negeri dan Swasta yang mampu menghasilkan rata-rata NEM yang tinggi adalah sekolah yang di dukung oleh dana dari SPPkarena dana yang berasal dari pemerintah untuk setiap sekolah negeri jumlahnya sudah standar. Jadi dengan kata lain besarnya dana dari SPP turut mempengaruhi kualitas lulusan suatu sekolah.

Partisipasi dari orang tua untuk membiayai pendidikan meningkat apabila sekolah mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Kerelaan membiayai biaya pendidikan timbul seiring dengan adanya rasa kepuasan yang di peroleh orang tua untuk turut menikmati kualitas yang di peroleh putra-putrinya.

Pengawasan manajemen keuangan sekolah di lakukan berdasarkan aliran keluar masuk uang yang dilakukan oleh bendaharawan. Hal ini dilakukan mulai proses keputusan pengeluaran anggaran, pembelanjaan, perhitungan dan penyimpanan barang oleh petugas yang di tunjuk. Secara administratif pembukuan pemasukan dan pengeluaran setiap bulan/triwulan di tandatangani oleh bendaharawan dan Kepala Sekolah sebagai berita acara penggunaan. Kelemahan pengawasan internal yang dilakukan di SMP Negeri. Kepala Sekolah berperan sabagai pengelola, sebagai penanggung jawab dan sebagai pengawas..

Pengawasan pada umumnya sudah di laksanakan pada setiap sekolah.

Pembahasan.

Pembahasan yang berhubungan dengan strategi perencanaan biaya menyajikan penjelasan langkah perencanaan biaya. Pada penyusunan RAPBS hanya sebagian kecil yang terlibat yaitu Kepala Sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, kepala tata usaha dan bendahara, padahal seharusnya seluruh guru diajak serta untuk menyusun anggaran agar Kepala Sekolah mengetahui gambaran yang nyata tentang kebutuhan yang riil dalam melaksanakan kegiatan sekolah karena guru-guru tahu betul kebutuhan untuk anggaran KBM. Disamping itu penyusunan RAPBS masih terpaku kepada JUKLAK dan JUKNIS, oleh karena itu penyusunan RAPBS cenderung seragam padahal dilapangan situasi dan kondisi sekolah perlu diperhitungkan dan Kepala Sekolah yang tahu persis kondisi orang tua. Sebaiknya dalam era Manajemen Berbasis Sekolah Kepala sekolah beserta guru dan staf lainnya mempunyai keleluasaan untuk menganalisis kebutuhan sekolah melalui analisis SWOT, sehingga perencanaan akan lebih realistis untuk dituangkan dalam bentuk anggaran.

Pembahasan mengenai mekanisme penggunaan dana atau realisasi angaran, dalam merealisasikan anggaran pada SMP negeri yang banyak dibantu oleh Komite Sekolah, Komite Sekolah yang memahami kebutuhan sekolah mampu membantu meralisasikan anggaran untuk KBM lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang Komite Sekolahnya t belum mampu sepenuhnya membantu kebutuhan sekolah secara keseluruhan. Begitu juga sekolah swasta yang memperoleh dana yang cukup tinggi dari orang tua siswa akan memberikan pelayanan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta yang memperoleh dana sekadarnya saja. Penggunaan dana di sekolah masih ada yang bersifat tumpang tindih, masih terjadi pengalihan anggaran, hal ini memungkinkan satu komponen bisa dibiayayai oleh berbagai sumber anggaran, inilah yang menyebabkan sering terjadinya kebocoran.

Pembahasan keterkaitan antara level biaya dan mutu lulusan menunjukkan ada kecenderungan yang cukup tinggi antara biaya yang digunakan dengan mutu lulusan. Sekolah yang didukung oleh dana yang cukup dan dikelola dengan baik pada kenyataanya akan menghasilkan rata-rata NEM yang cukup tinggi. Apabila ada sekolah yang menggunakan biaya yang cukup tinggi tetapi belum menghasilkan lulusan yang diharapkan, pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang lain diantaranya faktor SDM yang kurang profesional, manajemen yang kurang baik atau kurangnya partisipasi di dalam pengelolaan sekolah. Keberadaan SMP Negeri dan Swasta tidak jauh berbeda, ternyata SMP Swasta yang didukung oleh dana yang besar dan dikelola secara profesional mempunyai kondisi yang sama dengan sekolah negeri yang baik, tetapi SMP Swasta yang dananya paspasan saja kondisinya sangat memperihatinkan

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil temuan dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah dalam menyusun RAPBS, belum memiliki ruang yang cukup untuk memberdayakan keuangan dan kekuasaannya yang berhubungan dengan komponen-komponen terkait dengan manajemen keuangan sekolah seperti:

Belum punya strategi, karena dalam menyusun RAPBS, masih mengacu kepada juklak dan juknis RAPBS yang dibuat oleh Kepala Sekolah terlebih dahulu harus di ajukan ke Dinas Pendidikan Nasional Kota Cirebon untuk mendapat persetujuan. Walaupun Manajemen berbasis Sekolah sudah digulirkan RAPBS di sekolah swasta juga sama, yang menjadikan anggaran adalah Yayasan, sehingga RAPBS juga sifatnya top down.

Pada saat menyusun RAPBS guru-guru tidak di ikut sertakan, sehingga guru tidak pernah tahu dengan pasti berapa anggaran Sekolah terutama untuk KBM. Peran Komite Sekolah dalam anggaran belum maksimal, sebab Komite Sekolah , belum faham benar apa peran dan fungsi Komite Sekolah dalam medampingi manajemen sekolah.

2. Belum ada pola yang standar dalam mekanisme untuk merealisasikan anggaran. Seperti realisasi anggaran yang ada pada Sekolah masih cenderung terjadi pemindahan mata anggaran.

Masih terjadi penggunaan dana yang tumpang tindih, seperti dari setiap sumber biaya di alokasikan untuk komponen yang sama, misalnya pemeliharaan ringan sumbernya bisa dari DIK, DBO, OPF dan dari BP3.

Pada SLTP Negeri sumber terbesar berasal dari DIK dan BP3 dana yang berasal dari DBO dan OPF sulit di prediksi, sebab pencairannya sangat tergantung pada pendekatan pribadi kepada Ketua Proyek.

Anggaran pendidikan sebagian besar terserap oleh gaji dan kesejahteraan personil, sedangkan untuk dana KBM masih sangat kecil.

Mekanisme anggaran belum konsisten, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kebutuhan yang sangat esensial dan mendesak untuk KBM tetapinya dananya kurang, kenaikan harga barang dan jasa serta biaya yang muncul di luar dugaan.

3. Dana pendidikan yang cukup cenderung memberikan layanan yang lebih baik yang berdampak pada mutu lulusan. Mutu lulusan masih di kaitkan dengan NEM rata-rata yang cukup tinggi.

Dari temuan penelitian selama lima tahun berturut-turut NEM belum bergeser ke Sekolah lain, untuk Sekolah Negeri tetap rangking tertinggi dipegang oleh SMP Negeri I dan untuk Swasta dipegang oleh SMP Santa Maria. Yang menjadi indikator sekolah favorit adalah sekolah yang outputnya banyak di terima di SMU favorit, berdasarkan penilaian masyarakat.

4. Di SMP Negeri belum terlihat sistem pengawasan yang jelas walaupun dikatakan ada pengawasan internal dan eksternal, tetapi pengawasan inii dilakukan hanya bersifat prosedural saja. Pengawasan, pertanggung jawaban dan pengelolaan berada pada tangan Kepala Sekolah sehingga manajemen keuangan dirasakan kurang efektif. Ditinjau dari segi manajemen seharusnya terpisah antara penanggung jawab dan pengawasan baik secara internal maupun secara external. Pertanggung jawaban dari SMP Swasta pada umumnya hanya dari Kepala Sekolah kepada Yayasan.

Saran.

Penting menentukan strategi dalam penyusunan RAPBS, agar RAPBS berorientasi pada kebutuhan biaya pendidikan yang diperlukan. Strategi ini sangat perlu di pertimbangkan untuk mencari sumber dana dan menentukan peruntukannya komponen mana yang harus mendapat anggaran paling besar, sehingga biaya yang di keluarkan akan membawa dampak, yang dapat di rasakan oleh semua pihak.

Strategi ini penting dipikirkan oleh Kepala Sekolah sebab strategi merupakan awal dari pencapaian tujuan terutama dengan di berlakukannya manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada kemandirian otonomi pengelolaan sekolah. Dalam menyusun anggaran Kepala sekolah harus pandai menggunakan strategi untuk menggali dana dari berbagai sumber, sehingga dana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar tidak hanya mengandalkan dana dari pemerintah atau orang tua saja tetapi mungkin bisa didirikan koperasi yang dikelola secara profesional, yang dapat dihitung berapa keuntungan yang bisa diperoleh melalui koperasi untuk membantu membiyayai KBM.

Komite Sekolah diharapkan berperan bagaimana memberdayakan seluruh anggota pengurus untuk turut memikirkan bagaimana mencari sumber dana, bagaimana memepergunakan dana secara efisien dan bagaimana mempertanggungjawabkan dana yang berasal dari orang tua, sehingga Komite sekolah mampu mempertangung jawabkan dana yang berasal dari orang tua secara kuantitatif dan kualitatif (acountable).

Pada saat MBS diberlakukan sebaiknya Kepala Sekolah lebih kreatif mencari terobosan dan menentukan strategi penggalian dana, setiap sekolah sudah memiliki koperasi tapi belum merupakan atau belum termasuk kepada sistem keuangan sekolah , bagaimana kalau setiap sekolah mampu mengelola koperasi secara profesional, sehingga merupakan salah satu sumber dana yang dapat dimanfaatkan sekolah.

Adapun gambaran sistem keuangan melalui unit koperasi yang ditawarkan adalah sbb:

Koperasi Sekolah Sebagai Salah Satu Mekanisme

Sumber Keuangan Sekolah





DAFTAR PUSTAKA:


Anwar, Moch. Idochi (1990). Transformasi Biaya Pendidikan Dalam Layanan Pendidikan pada Perguruan Tinggi Bandung. Pasca Sarjana IKIP Bandung.

Attner, Plunkett (1986). Introduction To Management Second Edition Wardworth Inc W. Davis Drive, Belmont California.

Becker, Gary S. (1982). Human Capital and Empirical Analysis with Special reference to Education. London The University of Chicago Press.

Blocher, Edward. J. (2000). Cost Management a Strategic Emphasis. Salemba Empat Mc Graw-Hill Companies, Inc., Jakarta. Terjemahan oleh Ambarriani Susty, A.

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Methods, Second Edition, Allyn and Bacon, Boston.

Cohn, Elchanan (1979). The Economics of Education, Ballinger Publishing Company, Cambridge, Massachusetts.

Donald, Ary and Razavieh, Jacobs L.C. (1985). Introduction To Research In Education, New York Holt Rinehart and Wiston.

Fattah, Nanang (1987). Ketidak Sesuaian Antara Anggaran yang Diusulkan dengan Anggaran yang Disetujui Dalam Program Peningkatan Mutu Pendidikan SMA di Jawa Barat. Bandung (Tesis tidak diterbitkan).

_____, (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Gaffar, Mohammad Fakry (1987). Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud.

_____, (1991). Konsep dan Filosofi Biaya Pendidikan, Jurnal Pendidikan No. 1 April 1991, Mimbar Pendidikan, IKA, IKIP, Bandung

Hallak, J. (1969). The Analysis of Educational Cost and Expanditure. Unesco, diterjemahkan oleh Drs. Harso, Bharata, Jakarta.

Nawawi, Hadari (1993). Administrasi Pendidikan, Jakarta.

PP No. 28 Tahun 1990, Tentang Pengintegrasian Kantor Wilayah dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Menjadi Satu.

Ridler, E. George, Schochley, J. Robert (1989) School Administrator’s Hand Book. Prentice Hall, Sugelword Cliffs, New Jersey.

Weston, Fred J. B, Copeland Thomas E. (1992). Essential of Managerial Finance. USA, Dryden Press.

World Bank Report (1989). Basic Education Study. Jakarta, World Bank of Finance.